SOSIOLOGI KOMUNIKASI
KOMIK, BUDAYA MEDIA MODERN
Oleh : Nisya Rifiani
"Juxtaposed
pictorial and other images in deliberate sequence, intended to convey
information and/or to produce an aesthetic response in the viewer."
– Scott McCloud –
– Abstract –
Mass Media always view as the top strategic in order to
makes the social change. The newspaper, radio, although television, and also comic
has high score strategies in it. However as academically, discuss mass media
sometimes is ignore. This condition makes comic is not too important and get
much negatif critism than build positive critism.
As we know today, comic is born from strip comic in mass
media (newspaper) that popular since 1800th in America. In this modern era,
comic comes to be a popular culture that read for every people in arround the
world.
As generally, this article will discuss about comic and
social changing in society. As specifically it will focus discusstion to how
comic influence for social changing in Indonesia society.
Keywords : Social Change, Mass Media & Comics
– Abstrak –
Media massa kerap kali dipandang mempunyai kedudukan tinggi
yang strategis untuk melakukan suatu perubahan di dalam masyarakat. Tak ubahnya
surat kabar, radio maupun televisi, komik juga dinilai mempunyai peran yang
strategis dalam hal tersebut. Namun secara akademis kajian media massa mengenai
komik kadang terabaikan. Kondisi yang demikian membuat komik hanya dipandang
sebelah mata dan lebih banyak menuai kritik dibanding hal positif dari komik.
Komik yang kita kenal saat ini berawal dari komik strip
di media massa yang mulai populer sekitar tahun 1800-an di Amerika. Di era
modern ini, komik telah menjadi budaya populer yang dibaca oleh semua kalangan
di berbagai negara di dunia.
Tulisan ini secara umum akan membahas mengenai komik dan
perubahan sosial di dalam masyarakat. Secara spesifik pembahasan akan
mengerucut pada bagaimana komik membawa pengaruh bagi perubahan sosial
masyarakat Indonesia.
Kata Kunci : Perubahan
Sosial, Media Massa dan Komik
Pengantar
Media sebagai sebuah sistem komunikasi
manusia telah kian penting di dunia. Tidak dapat dipungkiri, peran media dalam
masyarakat modern semakin menguat dan terlegitimasi. Media kerap kali dipandang
mempunyai kedudukan yang strategis untuk melakukan perubahan di dalam
masyarakat. Apakah media itu sengaja digunakan untuk
melakukan perubahan ataukah media itu secara alamiah melakukan perubahan di
dalam masyarakat.
Dalam
tinjauan ilmu komunikasi, media dan perubahan sosial masyarakat selalu menjadi hal
yang menarik untuk dibicarakan. Tulisan ini secara umum akan membahas mengenai
komik dan perubahan sosial di dalam masyarakat. Secara spesifik pembahasan pada
bagaimana komik membawa pengaruh bagi perubahan sosial masyarakat Indonesia. Tulisan
ini secara spesifik akan membahas komik mulai dari pengertian komik, abstraksi
komik Amerika, Eropa, Jepang dan Indonesia serta pengaruh komik luar terhadap
keadaan masyarakat Indonesia.
Tulisan ini akan diawali dengan pembahasan
mengenai konsep perubahan sosial yang merupakan kajian penting dalam tulisan
ini. Dimulai dengan paparan konsep perubahan sosial dalam pendekatan klasik ; yang
melahirkan teori sistem – atau teori fungsional / fungsionalime struktural. Paparan
selanjutnya mengenai teori alternatif, yang muncul ketika validitas teori
sistem ; yang menganalogikan masyarakat dengan organisme – mulai diragukan
dalam kajian akademis sosiologi.
Pada bagian kedua coba dibahas lebih lanjut
mengenai komik secara umum mulai dari pengertiannya, abstraksi komik (Eropa,
Amerika, Jepang dan Indonesia) berdasarkan garis besar sejarahnya. Pembahasan
pokok dalam tulisan ini akan menjadi pembahasan selanjutnya, yaitu mengenai bagaimana
pengaruh komik Jepang terhadap perubahan masyarakat Indonesia. Pada bagian ini
akan disajikan abstraksi perubahan sosial –kebudayaan pada remaja di Indonesia.
Pada akhirnya tulisan ini akan diakhiri dengan kesimpulan, sebagai ringkasan
pokok-pokok penting dari pembahasan sebelumnya.
Pembahasan
Konsep Perubahan Sosial ; Teori Sistem &
Teori Alternatif
Perubahan sosial merupakan inti sebuah kajian
sosiologi – dimana hampir semua kajian di bidang sosiologi
berkaitan dengan perubahan sosial.
“Setiap teori ilmu sosial, apa pun titik tolak
konseptualnya, tentu akan tertuju pada perubahan yang menggambarkan realitas
sosial.”
(Haferkamp & Smelsera: 1 – dalam Sztompka)
Pendekatan klasik mengenai perubahan sosial
pertama kali dikemukakan oleh Auguste Comte (1798 – 1857). Konsep perubahan
sosial Comte menggunakan pendekatan analogi organik dimana ia membagi sistem
teorinya menjadi dua yaitu statika sosial dan dinamika sosial, dimana
masing-masing menjadi bagian yang terpisah. Herbert Spencer (1820 – 1903) kemudian
menganalogikan masyarakat dengan organisme biologis. Hanya saja, Spencer
mengubah terminologinya. Ia membedakan antara struktur dan fungsi. Terminologi
inilah yang kemudian menjadi inti kajian sosiologi. Struktur menandai susunan
internal, bentuk masyarakat sebagai satu kesatuan. Fungsi menandai cara
beroperasi perubahannya.
Studi ini kemudian melahirkan apa yang
disebut dengan teori sistem yang dikemukakan oleh Talcott Parsons (1902 – 1979).
Teori sistem mengembangkan dan menggeneralisasikan seluruh pemikiran yang
menganalogikan masyarakat dengan ornganisme. Organisme jelas merupakan contoh
sebuah sistem. Pemikiran tersebut dapat pula diterapkan pada masyarakat manusia
dengan tingkat kompleksitas yang berbeda-beda (level makro – meso – mikro).
Begitu pula segmen tertentu dari masyarakat seperti aspek ekonomi, politik dan
budaya secara kualitatif juga dapat dibayangkan sebagai sebuah sistem.
Dewasa ini Sosiologi mulai meragukan
validitas teori sistem organik dan diktonomi statika sosial dan dinamika sosial.
Maka muncul teori alternatif yang dinilai lebih real diterapkan dalam
masyarakat. Dalam kajian ilmu sosiologi, masyarakat tidak boleh dibayangkan
sebagai keadaan yang statis (diam) tetapi sebagai proses yang dinamis, bukan
sebagai obyek semu yang kaku tetapi sebagai aliran peristiwa terus-menerus
tanpa henti. Masyarakat (kelompok, organisasi, dsb...) tidak lagi dipandang
sebagai sebuah sistem yang kaku atau “keras” melainkan dipandang sebagai
antarhubungan yang “lunak”.
Toybee menyatakan...
“Mempelajari
kehidupan manusia di saat tertentu jelas lebih bermanfaat, karena lebih
realistis, ketimbang mempelajarinya dengan membayangkannya berada dalam keadaan
diam.” (1963; 81 – dalam Sztompka)
Kemudian sebagai pemikiran alternatif atas
konkretisasi sistem sosial maka diciptakan sebuah teori hubungan sosio-kultural.
Dalam teori ini masyarakat dipandang sebagai obyek yang dinamis ; dan
didalamnya terdapat dinamika sosial. Dengan demikian maka dalam teori hubungan
sosio-kultural akan didapatkan premis :
- Perubahan sosial akan berbeda artinya antara keadaan
satu masyarakat tertentu dalam jangka waktu yang berbeda.
- Proses sosial merupakan rentetan kejadian atau
peristiwa sosial (perbedaan keadaan kehidupan sosial).
- Perkembangan sosial, kristalisasi sosial, dan
artikulasi kehidupan sosial dalam berbagai dimensinya berasal dari
kecenderungan internal.
- Kemajuan sosial atau setiap perkembangan sosial
dipandanng sebagai sesuatu yang menguntungkan.
Piötr Sztompka dalam bukunya The Sociology
of Social Change mengemukakan konsep dasar perubahan sosial mencakup tiga
gagasan utama yaitu : (1) perbedaan, (2) pada waktu yang berbeda ; dan (3)
diantara keadaan sistem sosial yang sama.
Beberapa definisi perubahan sosial yang
dikemukakan oleh ahli Sosiologi :
* Perubahan sosial adalah transformasi dalam
organisasi masyarakat, dalam pola berpikir dan dalam perilaku pada waktu
tertentu (Macionis, 1987: 638 dalam Sztompka).
* Perubahan Sosial adalah modifikasi atau
transformasi dalam pengorganisasian masyarakat (Persell, 1987: 586 dalam
Sztompka).
Pembahasan
Komik
Media massa
kerap kali dipandang mempunyai kedudukan tinggi yang strategis untuk melakukan
suatu perubahan di dalam masyarakat. Tak ubahnya surat kabar, radio maupun
televisi, komik juga dinilai mempunyai peran yang strategis dalam hal tersebut.
Namun secara akademis kajian media massa mengenai komik kadang terabaikan.
Kondisi yang demikian membuat komik hanya dipandang sebelah mata dan lebih
banyak menuai kritik dibanding hal positif dari komik.
Komik yang
kita kenal saat ini berawal dari komik strip di media massa yang mulai populer
pada tahun 1800-an di Amerika. Jauh sebelumnya, epik naskah bergambar pada
zaman pra-Colombus ditemukan oleh Cortez sekitar tahun 1519. Beratus-ratus
tahun sebelum Cortez mulai mengumpulkan komik, Perancis sudah menghasilkan
karya yang hampir serupa yaitu Permadani Bayeux. Permadani sepanjang 230 kaki
ini menggambarkan penaklukan Norman atas Inggris yang dimulai pada tahun 1066.
Dari lukisan permadani hingga komik strip – kita dapat mengganggap bahwa gambar-gambar
berurutan itu adalah “komik”.
Sebelum membahas lebih jauh mengenai komik
dan perubahan sosial, ada baiknya dilakukan penjelasan mengenai definisi komik
itu sendiri. Hingga saat ini, begitu banyak definisi mengenai komik. Hal ini
karena perkembangan komik di setiap negara beragam dan berbeda antara satu dengan
yang lainnya. Pada tahun 1973, Malte Dahrendorf menyebut komik sebagai
benda/barang gambar secara massal adalah kisah bertekanan pada gerak dan
tindakan yang ceritanya dalam urutan gambar dengan daftar dan jenisnya yang
khas. Scott McCloud ; terjemahan yang dikutip dari bukunya Memahami Komik – terbitan
Kepustakaan Populer Gramedia menyebutkan komik adalah gambar-gambar serta
lambang-lambang lain yang terjuktaposisi dalam turutan tertentu, untuk
menyampaikan informasi dan/atau mencapai tanggapan estetis dari pembacanya.
Komik di Amerika mulai populer dan digemari
masyarakatnya semenjak pasca perang Dunia I. Komik dengan tema superhero menjadi
komik yang sangat digemari masyarakat di Amerika. Seni komik di Amerika banyak
terpengaruh gaya komik Eropa seperti Jerman dan Perancis. J
Jepang mempunyai penamaan tersendiri untuk
komik yaitu “manga”. Penggunaan istilah manga sebagai pengertian
untuk komik strip di Jepang, untuk mebedakannya dengan komik yang berasa dari
luar negeri. Bentuk ilustrasi pada manga Jepang berbeda dari bentuk
ilustrasi lain (Amerika dan Eropa) dan bersifat khas – kebanyakan mengenai
gambar fantasi. Sekarang kartun/karikatur dan manga, mempunyai dunianya
masing-masing dalam seni Jepang kontemporer. Tradisi literatur atau sastra
Jepang yang memikat dan biasanya berupaya menggiring emosional pembaca sehingga
larut terbawa dalam imajinasi dan suasana cerita, merupakan dasar kuat bagi
kelanjutan perkembangan teknik bercerita dalam manga.
Invansi Komik Luar ke Indonesia
Pada awal tahun 1950-an hingga akhir 1960-an
komik nasional mulai bermunculan dan memiliki reputasi yang populer sehingga dapat
menguasai pasar komik nasional. Memasuki era tahun 1970-an hingga tahun 1980-an
mulai diramaikan oleh kehadiran komik-komik impor dan terjemahan yang berasal dari
Eropa dan Amerika. Pada tahun 1990-an
hingga saat ini komik terjemahan yang berasal negeri matahari terbit yaitu
Jepang, menguasai pasar komik Indonesia. Hal inilah yang akan menjadi inti
pembahasan pada artikel ini.
Invansi manga ke Indonesia dimulai pada akhir
1990-an. Sejak saat itu ribuan judul komik terjemahan Jepang diterbitkan di
Indonesia. Kondisi yang demikian tidak hanya “mematikan” pasar komik Indonesia
yang kian hari kian menurun jumlah produksinya. Invansi manga tersebut secara
tidak langsung mulai menggeser nilai-nilai sosial dan kultural dalam masyarakat
Indonesia. Perlahan tapi pasti manga mampu menggeser pasar komik lokal sekaligus
masuk dalam sendi-sendi kehidupan bermasyarakat bangsa Indonesia dalam bidang
sosial-budaya. Manga – karya seni yang diciptakan di Jepang dan
didedikasikan untuk masyarakat Jepang sehingga banyak merepresentasikan
kehidupan masyarakat Jepang.
Hal yang demikian tentu saja tidak sesuai
dengan keadaan sosial-kultural bangsa Indonesia. Banyaknya judul manga
yang diterbitkan di Indonesia tak dapat dipungkiri mulai menggeser nilai-nilai
sosial-budaya yang berlaku di Indonesia. Pembaca yang terbiasa membaca manga
secara perlahan mengikuti konsep kehidupan yang direpresentasikan dalam manga
tersebut (kebudayaan Jepang –red). Tak sedikit kebiasaan tersebut kian
melekat dalam kehidupan seseorang hingga akhirnya menjadi kebiasaan yang semakin
dimaklumi. kebudayaan negeri sakura mulai sudah merambah ke Indonesia dan
menjadi trend yang populer terutama di kalangan remaja.
Hadirnya manga ke Indonesia sekaligus membawa nilai-nilai kebudayaan
dari Jepang. Acara bertajuk Jepang-Jepangan kerap kali beraksi di negara ini. Gelaran yang disajikan variatif
jenisnya, mulai dari acara musik, cosplay competition (kostum), hingga
pekan kebudayaan Jepang. Antusiasme dari masyarakat begitu tinggi. Penonton
yang datang ke setiap acara mencapai ratusan orang. Berbagai macam kebudayaan
Jepang mulai masuk dan merambah di tanah air kita ini. Misalnya saja tarian Bon-Odori,
seni bela diri Judo, seni merangkai bunga Ikebana, seni melipat
kertas Origami, dan lain-lain. Tak hanya itu, Japanese
music, fashion, sampai style pun mulai banyak ditiru oleh
masyarakat Indonesia. Bahkan bermunculan berbagai komunitas dan random
(sekelompok orang yang mempunyai kesukaan yang sama terhadap sesuatu, dalam hal
ini kebudayaan Jepang ) yang mengatasnamakan diri mereka sendiri sebagai Japanese
fans.
Berdasarkan fakta diatas, lantas siapa lagi yang menyangkal bahwa telah terjadi
pergeseran nilai-nilai sosial dan kebudayan di Indonesia setelah masuknya
melaui manga tersebut.
Ditengah maraknya invansi komik Jepang dan
Amerika, geliat komik Indonesia mulai terlihat. Industri komik Indonesia kini menjelmakan
diri melalui gerilya dalam beragam bentuk, tak hanya komik buku dan strip saja,
tapi juga memanfaatkan berbagai peluang pasar media yang tersedia, entah
sebagai suplemen atau promosi produk dari media lainnya. Dukungan terhadap
perkembagan industri komik di Indonesia pun makin banyak bermunculan. Arswendo
Atmowiloto, seorang pemerhati budaya, menyebutkan bahwa komik dapat memberikan
sumbangan pada proses pertumbuhan kebudayaan nasional. Ia berpendapat, “Komik
sebagai media ekspresi pribadi sekaligus terlibat dalam apa yang disebut
kebudayaan nasional. Mereka (komikus-komikus) adalah dinamikator-dinamikator
yang kalau dilihat dari sejarah dan hasilnya, komik mampu menampung masalah
sosial, politik, agama, sejarah, perjuangan, penerangan dan aspek-aspek lain
dalam kebudayaan.” Di pihak sastrawan, Mocthar Lubis, berpikiran lebih jauh
dengan menyatakan, “Komik menurut anggapan saya, adalah salah satu alat
komunikasi massa yang memberi pendidikan baik untuk kanak-kanak maupun untuk
orang dewasa.”
Kritik terhadap komik
Komik merupakan sebuah media kreasi. Demikian
pernyataan ini terbit di ufuk pikiran dengan niat memperlihatkan kenyataan
positif dari kegiatan membaca komik. Seperti kita ketahui bersama membaca komik
menimbulkan keasyikan tersendiri bagi pembacanya, baik itu anak-anak, para
remaja, tiada ketinggalan pula para orang tua. Namun demikian komik adalah salah
satu media yang paling sering menuai kritik karena dianggap berhubungan dengan
kenakalan remaja.
Dalam bukunya yang berjudul Seduction of the
Innocent, Dr. Fredric Wertham seorang psikiater dan kritikus, merangkum
kritiknya terhadap komik sebagai berikut :
“Komik menumpulkan kemampuan membaca.”
“Komik menumbuhkan suasana kekerasan dan terlalu banyak
memuat hal-hal kriminal.”
“Komik membuat pembacanya sensitif terhadap godaan.”
“Komik mendorong fantasi yang berlebihan.”
“Komik menyebarkan gagasan-gagasan kekerasan dan seksual.”
“Komik mendorong dilaksanakannya gagasan-gagasan
mengerikan itu.”
“Komik membuat teknik-teknik kejahatan dan aneka praktik
menyimpang lainnya secara rinci.”
“Komik mendorong kenakalan remaja dan perilaku tidak
pantas.”
Kesimpulan
Media telah memainkan peran penting dalam merombak tatanan sosial menjadi
masyarakat serba massal. Di era modern ini, komik telah menjadi budaya populer
yang dibaca oleh semua kalangan di berbagai negara di dunia. Secara
keseluruhan, tulisan ini merupakan abstraksi bagaimana media komik mempengaruhi
masyarakat Indonesia. Terdapat beberapa kesimpulan dari pembahasan diatas :
- Dalam hal industri komik nasional, kita masih saja
gagal memikat hati para pembaca sendiri, kita kalah dalam berkompetisi
merebut cinta dari peminat komik dunia di Indonesia. Komik masih merupakan
bagian dari sebuah kebutuhan manusia yang belum punah sejak kemunculannya
hingga kini.
- Upaya mengembangkan komik nasional kiranya perlu
dilakukan bersama-sama, karena dunia perkomikan adalah sebuah industri
yang membutuhkan banyak tangan dan banyak dukungan.
- Komik nasional kiranya bereksperimen dalam mencari
dan menemukan teknik tersendiri (baik segi gambar maupun produksi) agar
bisa merebut pasar dengan memenuhi harapan pembaca komik yang sudah ada,
baik secara kualitas maupun kuantitas, dimana komik lokal dapat mencuri
celah posisi yang ada diantara berbagai warna dan gaya komik-komik
terjemahan.
- Membangun komik nasional agar dapat dipandang
sebagai tempat berkumpulnya berbagai kultur modern masa kini.
Dengan demikian komik nasional sangat
dibutuhkan untuk mengimbangi komik asing yang masuk ke Indonesia seperti komik
Amerika, Eropa dan Jepang. Komik nasional sekaligus menjadi penetrasi invansi
sosial-budaya yang masuk ke Indonesia melalui komik.
#
Daftar Pustaka
Literasi
Bittner, John
R., 1977. Mass Communication, an Introduction ; Fouth Edition. New
Jersey ; Prentice Hall.
McCoud, Scott. 1994. Understanding Comic.
Jakarta ; Kepustakaan Populer Gramedia.
Sztompka,
Piötr. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta ; Prenada.
Tim Penyusun.
Bahan Materi Kuliah Sistem Sosial dan
Politik Indoensia. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Rivers,
William L, Jay W Jensen & Theodore Peterson. 2003. Media Massa dan Masyarakat Modern ; edisi kedua. Jakarta ; Prenada.
0 komentar:
Posting Komentar