KULIAH KOMUNIKASI - SOSIOLOGI PEMBANGUNAN
IMPLIKASI KEBIJAKAN KOLONIAL BELANDA TERHADAP
PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT INDONESIA
Oleh : Nisya Rifiani
Disusun sebagai tugas pengganti ujian mata kuliah Sosiologi Pembangunan
Semester ganjil tahun akademik 2009/2010
Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Gadjah Mada
Disusun sebagai tugas pengganti ujian mata kuliah Sosiologi Pembangunan
Semester ganjil tahun akademik 2009/2010
Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Gadjah Mada
Pengantar
Ilmu sosiologi membedakan antara sosiologi
makro dan sosiologi mikro. Menurut Douglas (1973), makro sosiologi mempelajari
struktur sedangkan mikrososiologi mempelajari situasi. Sosiologi makro dapat
didefinisikan sebagai : ilmu sosiologi yang mempelajari pola-pola sosial berskala
besar terutama dalam pengertian komparatif dan historis, misalnya antara
masyarakat tertentu, atau antara bangsa tertentu. Sosiologi mikro lebih
memberikan perhatian pada perilaku sosial dalam kelompok dan latar sosial
masyarakat tertentu. Mangacu pada pengertian tersebut studi perubahan sosial
dalam ilmu sosiologi dapat menempati ranah mikro maupun makro.
Periodesasi masa penjajahan Kolonial Belanda
selama 350 tahun di Indonesia (baca: Jawa) dan beberapa daerah di nusantara merupakan
masa penjajahan yang sebenarnya dalam sejarah Indonesia. Pihak Belanda mampu
mengeksploitasi dan menguasai pulau Jawa dengan menjalankan berbagai kebijakan
yang secara sepihak menguntungkan mereka. Perubahan sosial masyarakat Indonesia
terjadi ketika pemerintah Kolonial Belanda menjalankan kebijakan-kebijakannya
tersebut. Implikasinya, perubahan tersebut tidak terbatas pada perubahan sosial
tetapi juga pada perubahan dalam struktur ekonomi, politik dan sosial-budaya.
Tulisan ini akan membahas lebih lanjut
mengenai implikasi kebijakan Kolonial Belanda terhadap perubahan sosial
masyarakat Indonesia. Tulisan ini akan diawali dengan pembahasan mengenai
konsep perubahan sosial masyarakat ; yang merupakan konsep penting dalam
tulisan ini. Pada bagian kedua akan coba digambarkan bagaimana penerapan
kebijakan Kolonial Belanda di Indonesia. Selanjutnya pada bagian ketiga
membahas mengenai akibat-akibat (implikasi) kebijakan Kolonial Belanda yang
diterapkan di Indonesia terhadap masyarakatnya. Pada akhirnya, tulisan akan
diakhiri dengan bagian kesimpulan, sebagai ringkasan pokok-pokok penting dari
tulisan ini.
Konsep Perubahan Sosial
Sebelum membahas mengenai perubahan sosial masyarakat
Indonesia pada masa Kolonial Belanda ada baiknya dilakukan penjelasan mengenai
konsep dan teori perubahan sosial. Perubahan sosial merupakan inti sebuah kajian sosiologi –
dimana hampir semua kajian di bidang sosiologi berkaitan dengan perubahan
sosial.
“Setiap teori ilmu sosial, apa pun titik
tolak konseptualnya, tentu akan tertuju pada perubahan yang menggambarkan
realitas sosial.”
(Haferkamp & Smelsera: 1 – dalam Sztompka)
Secara umum perubahan sosial dapat didefinisikan sebagai : “terjadinya
perubahan dari satu kondisi tertentu ke kondisi yang lain dengan melihatnya
sebagai gejala yang disebabkan oleh berbagai faktor.”
Terdapat demikian banyak definisi perubahan
sosial ditemukan dalam literatur kajian ilmu sosiologi. Piötr Sztompka dalam
bukunya The Sociology of Social Change mengemukakan konsep dasar
perubahan sosial mencakup tiga gagasan utama yaitu : (1) perbedaan, (2) pada
waktu yang berbeda ; dan (3) diantara keadaan sistem sosial yang sama.
Merujuk pada pendapat Macionis (seperti dikutip oleh
Sztompka, 1987: 638) perubahan sosial adalah transformasi dalam organisasi
masyarakat, dalam pola berpikir dan dalam perilaku pada waktu tertentu.
Sementara itu Persell mendefinisikan perubahan sosial sebagai modifikasi atau
transformasi dalam pengorganisasian masyarakat (Persell, 1987: 586 dalam
Sztompka).
Teori
Perubahan Sosial
Pengelompokkan
teori perubahan sosial telah dilakukan oleh Strasser dan Randall. Menurut Strasser & Randall, perubahan
sosial dapat dilihat dari empat perspektif teori, yaitu (1) teori kemunculan diktator dan
demokrasi ; (2) teori perilaku kolektif ; (3) teori inkonsistensi status ; dan (4) analisis
organisasi sebagai subsistem sosial.
No.
|
Perspektif
|
Penjelasan Singkat
|
1.
|
Teori kemunculan diktator dan demokrasi
(Barrington Moore)
|
Teori ini didasarkan pada pengamatan
panjang tentang sejarah pada beberapa negara yang telah mengalami
transformasi dari basis ekonomi agraria menuju basis ekonomi industri.
|
2.
|
Teori perilaku kolektif
|
Teori dilandasi pemikiran Moore namun lebih
menekankan pada proses perubahan daripada sumber perubahan sosial.
|
3.
|
Teori inkonsistensi status
|
Teori ini merupakan representasi dari teori
psikologi sosial. Pada teori ini, individu dipandang sebagai suatu bentuk
ketidakkonsistenan antara status individu dan grop dengan aktivitas
atau sikap yang didasarkan pada perubahan.
|
4.
|
Analisis organisasi sebagai subsistem
sosial
|
Alasan kemunculan teori ini adalah anggapan
bahwa organisasi terutama birokrasi dan organisasi tingkat lanjut yang
kompleks dipandang sebagai hasil transformasi sosial yang muncul pada
masyarakat modern. Pada sisi lain, organisasi meningkatkan hambatan antara
sistem sosial dan sistem interaksi.
|
Dalam pandangan W.F. Wertheim (1956), perubahan sosial
paling tampak jelas di negara-negara kolonial, tempat golongan kulit putih
menempatkan diri mereka sendiri di atas sistem status penduduk asli sebagai
lapisan atas baru yang mirip kasta. Sifat kolonialisme abad ke-19 yang
seringkali tampak adalah garis warna. Pada kebanyakan masyarakat kolonial,
penduduk dari golongan kulit putih dipisahkan dari penduduk pribumi oleh
penghalang sosial yang tidak dapat dilalui. Semua hubungan itu, baik dalam
bidang politik maupun ekonomi adalah hubungan superioritas dan inferioritas.
Masa penjajahan Kolonial Belanda di Indonesia
(baca: Jawa) selama 350 tahun dan di beberapa daerah di nusantara memberikan
dampak dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat ; terutama pada masa
penjajahan dahulu. Dampak dan perubahan tersebut sebagai akibat dari kebijakan-kebijakan
pemerintah Kolonial Belanda yang diterapkan di daerah-daerah di Indonesia
(baca: Jawa) dan nusantara. Perubahan-perubahan tersebut membawa implikasi yang
cukup penting bagi perubahan sosial masyarakat pada saat itu dan pada masa
berikutnya.
Kebijakan Kolonial Belanda
Dalam masa pendudukannya atas Indonesia,
pihak Belanda menerapkan berbagai kebijakan untuk membangun pulau Jawa. Kendati
demikian, semuanya mempunyai sasaran umum yaitu bagaimana memperoleh keuntungan
sebesar-besarnya dengan memanfaatkan hasil tropis yang ada pada tanah koloni
mereka.
Kebijakan-kebijakan Kolonial Belanda :
1.
Kebijakan Bidang Ekonomi
a.
Masa Herman Williem Daendles
Menjual tanah-tanah milik Gubernemen kepada
pihak Partikelir karena kesulitan keungan akibat peperangan melawan koalisi
pimpinan Inggris.
b.
Masa Thomas Stamford Raffles
Kebijakan ekonomi liberal berdasarkan asas
liberal yang disebut Landrent System (sistem sewa tanah), ia
berpendirian bahwa semua tanah adalah milik raja yang berdaulat (Inggris - saat
itu). Karena adanya kesulitan keuangan, Raffles bertindak saperti Daendels
yaitu menerapkan wajib kerja dan mewajibkan kembali pungutan yang pernah
dihapus.
c.
Masa Pemerintahan Hindia Belanda
Van Den Bosh mengusulkan kebijakan Culturstelsel
(Sistem Tanam Paksa) pada tahun 1830, kebijakan ini menadai kembalinya
sistem paksaan dan monopoli yang dijalankan pada masa VOC (Verplichte
Laverantien). Masa tanam paksa merupakan contoh klasik penindasan kaum
penjajah yang mengakibatkan penduduk menderita karena dipaksa kerja rodi dengan
bayaran yang rendah. Pada masa ini pula diberlakukannya politik pintu terbuka,
yaitu pemerintah Belanda membuka kesempatan kepada pihak swasta utnuk
menanamkan modalnya di Indonesia.
2.
Kebijakan di Bidang Politik
a.
Masa Herman Williem Daendles ; untuk mengimbangi besarnya ancaman Inggris
di Pulau Jawa meka diterapkan kebijakan :
-
Merekrut banyak orang Indonesia untuk dijadikan tentara.
-
Membangun pabrik senjata di Semarang dan Surabaya.
-
Membangun jalan raya dari Anyer sampai Panarukan dengan kerja rodi.
b.
Masa Thomas Stamford Raffles
Membagi pulau Jawa menjadi 16 Karesidenan dan
tiap-tiap Karesidenan dibentuk badan pengadilan (Landrate).
c.
Masa Pemerintahan Hindia Belanda
Memperluas pengaruh dan kekuasaannya ke
seluruh wilayah Indonesia, antara lain : Lampung, Kalimantan, Sulawesi, dan
Nusa Tenggara.
3.
Kebijakan di Bidang Sosial Budaya - Kesastraan
a.
Masa Herman Williem Daendles
Tidak ada kebijakan di bidang sosial budaya
yang diterapkan pada masa Herman Williem Daendles.
b.
Masa Thomas Stamford Raffles
-
Memberikan bantuan kepada para ahli pengetahuan seperti Horsfield, Craworfd,
dan Mackensie untuk menyelidiki peninggalan sejarah kuno di Indonesia.
-
Membantu lembaga-lembaga kebudayaan, seperti Lembaga Betawi, untuk
memajukan kebudayaannya.
-
Menerbitkan buku History of Java tahun 1817.
c.
Masa Pemerintahan Hindia Belanda
Tidak ada kebijakan di bidang sosial budaya
yang diterapkan pada masa ini.
Implikasi Kebijakan Kolonial Belanda terhadap
Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia
Kebijakan-Kebijakan Pemerintah Kolonial di Indonesia membawa implikasi terhadap masyarakat Indonesia.
Kebijakan-Kebijakan Pemerintah Kolonial di Indonesia membawa implikasi terhadap masyarakat Indonesia.
1.
Pengaruh terhadap Kehidupan Ekonomi
Kemiskinan dan kemelaratan timbul dimana-mana
karena rakyat tidak memiliki kesempatan untuk mengerjakan sawah, ladang dan
peternakan mereka sendiri. Terjadinya penyimpangan pada pelaksanaan kebijakan
tanam paksa, diberbagai daerah seperti Demak, Purwodadi dan Cirebon banyak
terjadi kelaparan.
2.
Pengaruh terhadap Kehidupan Politik
Pemerintah lokal tidak lagi memiliki
kekuasaan yang besar karena sering dicampuri pemerintah kolonial. Penguasa
lokal tidak jarang kehilangan sebagian atau seluruh haknya atas suatu daerah.
3.
Pengaruh terhadap Kehidupan Sosial
Pejabat lokal yang dulu sangat berkuasa hanya
menjadi pengawai pemerintah kolonial, sehingga derajat mereka seakan-akan turun
di mata rakyat. Muncul suatu kelompok masyarakat berdasarkan golongan yaitu
kelompok masyarakat Eropa (Kolonial), kelompok masyarakat bangsawan dan
kelompok masyarakat jelata.
4.
Pengaruh terhadap Kehidupan Budaya
Tradisi barat berkembang dalam masyarakat
pribumi, seperti dansa di kalangan bangsawan. Banyak tradisi kerajaan lokal
yang luntur setelah campur tangan Belanda. Adanya tradisi lokal yang
berakulturasi dengan budaya barat (Belanda), yang membentuk kebudayaan baru
yang disebut kebudayaan Indies.
Penutup
Masyarakat tradisonal Indonesia telah memiliki sistem-sistem ekonomi,
sosial, politik dan budaya. Namun, kebijakan-kebijakan Kolonial Belanda rupanya
telah memainkan peran penting dalam merombak tatanan sosial dimasa tersebut.
Implikasi dari kebijakan-kebijakan tersebut tidak hanya bagi kehidupan
masyarakat tradisional pada masa itu tetapi juga pada masyarakat modern
Indonesia kontemporer. Namun, kemana arah perubahan sosial di Indonesia, hingga
hari ini tampaknya belum dapat dibaca dengan cukup cermat.
#
Referensi
Effendi,
Tadjuddin Noer. 2005. Sosiologi Pembangunan ; RPKPS dan Garis Besar Bahan
Ajar. Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Ricklefs, M.C., 2005. Sejarah
Indonesia Modern 1200 – 2004. Jakarta ; Serambi Ilmu Semesta.
Sztompka,
Piötr. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta ; Prenada.
Tim Penyusun.
Bahan Materi Kuliah Sistem Sosial dan Politik Indoensia. Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Situs
http://wikipedia.org/perubahan-sosial
#
Makasih banget~
BalasHapusBisa nyelesaiin PR Sejarh yang bejibun :3
Iya, sama-sama...:)
BalasHapusjangan lupa mampir lagi ya...