KULIAH KOMUNIKASI
Studi Literasi Media (Bagian II)
Review by : Nisya Rifiani
1.
Literasi media sebagai sebuah
konsep
Padanan
kata media literacy dalam Bahasa
Indonesia ditransliterasi sebagai “literasi media”. Dalam dunia akademis kerap
disebut dengan istilah “keaksaraan bermedia” ; atau dalam masyarakat lebih
dikenal dengan istilah populer “melek media”. Meski diartikan secara sederhana,
untuk dapat memahami konsep literasi media kita memerlukan definisi yang lebih
luas mengenai arti dari literasi media itu sendiri.
Berbicara
tentang literasi media berarti berbicara tentang kecerdasan bermedia. Ada
demikian banyak definisi literasi media ditemukan dalam literatur. Akan
ditemukan beragam pengertian yang dikemukakan antara satu akademisi dengan
akademisi lainnya. Namun secara umum literasi media dipahami sebagai:
“kemampuan mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan media dalam
pelbagai bentuk”. Definisi ini lazim digunakan di Amerika Serikat; dinyatakan
pertama kali di Aspen Media Literacy
Leadership Institute pada tahun 1992. Sedangkan pada National Leadership Conference definisi literasi media ditetapkan
sebagai “kemampuan penduduk mengakses, menganalis, dan memproduksi infomasi
untuk tujuan yang spesifik”.
James
William Potter mengidentifikasi literasi media sebagai: kumpulan perspektif
yang digunakan individu secara aktif untuk mengungkap diri sendiri pada media
untuk menafsirkan pemaknaan pesan-pesan yang diterima. Perspektif yang dipakai
oleh individu tersebut berasal dari struktur pengetahuan (knowledge structure). Dalam membangun struktur pengetahuan kita
membutuhkan keterampilan dan informasi. Struktur pengetahuan membentuk platform tempat kita memandang berbagai
fenomena dalam media (1).
Lebih jauh
terdapat beberapa pengertian yang lebih spesifik tentang literasi media yang
dapat dirujuk untuk memahami konsep ini. Tapio Varis dalam Aproaches to Media Literacy and e-Learning menyatakan
bahwa :
“Media Literacy is the ability to communicate competently in all
media, print and electronic, as well as to access, analyze and evaluate the
powerful images, words and sounds that make up our contemprorary mass media
culture. These skills of media literacy are essential for our future as
individuals and as members of a democratic society”. (2)
Sementara itu Hobbs dan Frost dalam The Acquisition of Media
Literacy Skills among Australian Adolescents dalam Journal of Broadcasting and Electronic Media, menyatakan:
“Media Literacy is the ability to access, analyze, evaluate and
communicate messages in wide variety of forms”.
Selanjutnya,
Allan Rubin menawarkan tiga definisi literasi media. Pertama, dari National
Leadership Conference on Media Literacy yaitu kemampuan untuk mengakses,
menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan pesan. Kedua, dari ahli media Paul Messaris, yaitu pengetahuan tentang
bagaimana fungsi media dalam masyarakat. Ketiga,
dari peneliti komunikasi massa, Justin Lewis dan Shut Jally, yaitu pemahaman
akan batasan-batasan budaya, ekonomi, politik, dan teknologi terhadap kreasi,
produksi, dan transmisi pesan.
Rubin juga
menambahkan bahwa definisi-definisi tersebut menekankan pada pengetahuan
spesifik, kesadaran, dan rasionalitas, yaitu proses kognitif terhadap
informasi. Fokus utamanya adalah evaluasi kritis terhadap pesan. Literasi media
merupakan sebuah pemahaman akan sumber-sumber dan teknologi komunikasi,
kode-kode yang digunakan, pesan-pesan yang dihasilkan serta seleksi,
interpretasi, dan dampak dari pesan-pesan tersebut (3). Pakar media Art Silverbalt
mengidentifikasikan lima elemen penting dalam literasi media yaitu :
a. Kesadaran akan pengaruh media
massa pada individu dan masyarakat. Media telah membentuk cara kita berpikir
akan “kita”, satu sama lain dan dunia kita.
b. Pemahaman terhadap proses
komunikasi massa. Literasi media memberikan pemahaman terhadap komunikasi massa
yang melibatkan produksi, transmisi, dan konteks interpretasinya. Dengan
memahami proses ini kita dapat menentukan ekspektasi kita pada media.
c. Pengembangan strategi untuk
menganalisis dan mendiskusikan pesan media. Untuk menjadi audiens media yang
cakap, sebelumnya harus dikembangkan dulu strategi bagi analisis sistematik
akan isi media.
d. Pemahaman akan isi media sebagai
teks yang memberikan wawasan bagi budaya kontemporer dan diri kita. Kesadaran
terhadap isi media mempunyai andil membentuk perilaku, nilai, sikap, pola
pikir, dan mitos yang kemudian membentuk budaya.
e. Kemampuan untuk menikmati, memahami,
dan mengapresiasi isi media. Presentasi
media yang baik dapat memberikan banyak manfaat bagi khalayak seperti rasa
senang kepada media, pemahaman dan penghargaan akan isi media.
Beberapa
pemikiran memandang literasi media lebih sebagai sebuah pemikiran kritis ketika
berhadapan dengan media. Konsep ini kemudian mendorong munculnya suatu konsep
baru yang disebut dengan critical media
literacy atau literasi media kritis. Aktivitas literasi media kritis lebih
kritis mengenai pemilihan media dan pembelajaran tentang proses teknis
menggunakan alat media (media tools)
dan konstruksi isi media (media content),
serta mengkombinasikan kedua poin tersebut dalam kegiatan bermedia. Definisi
literasi media dikemukakan oleh Sheperd berikut ini menunjukkan literasi media
merupakan cara berpikir kritis ketika berhadapan dengan media :
“An informed, critical understanding of the
mass media. It involves examining the techniques, technologies and institutions
involved in media production; being able to critically analyze media messages;
and recognizing the role audiences play in making meaning from those messages.”
(4)
Literasi
media membutuhkan kemampuan yang spesifik yang kerap dinamakan dengan media
literacy skills atau kemampuan literasi media. Center for Media Literacy (CML) mendefinisikan literasi
media sebagai suatu kerangka kerja untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi,
dan menciptakan media (5).
Kemampuan literasi media mencakup : Pertama, kemampuan mengkritik media.
Kedua, kemampuan memproduksi media. Ketiga, kemampuan mengajarkan
tentang media. Keempat, kemampuan mengeksplorasi sistem pembuatan pesan
media. Kelima, kemampuan mengeskplorasi berbagai posisi. Keenam,
kemampuan berfikir kritis (6).
#
DAFTAR PUSTAKA
- Adiputra, Wisnu Martha. 2008. Menyoal Komunikasi Memberdayakan Masyarakat. Yogyakarta: Penerbit Fisipol UGM.
- Tapio Varis, “Aproaches to Media Literacy and e-Learning“. 2000. Dikutip oleh W.S Mulyana dalam : http://wsmulyana.wordpress.com/2008/12/22/perkembangan-media-massa-dan-media-literasi/ Diakses Selasa, 12 April 2011. Pukul 11.20 WIB.
- Baran & Davis. 2003. Mass Communication Theory 3rd Edition. Wadsworth, USA.
- Sheperd, 2002 : 1 dalam Susanto, Ifan Endi. 2008. Program Literasi Media untuk Anak-Anak ; Studi Kasus rogram “Kritis! Media untuk Anak oleh Yayasan Pengembangan Media Anak. Skripsi. Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UGM. Tidak dipublikasikan.
- Center for Media Literacy. Http://www.medialit.org/
- Center for Media Literacy. Http://www.medialit.org/
0 komentar:
Posting Komentar