27 Feb 2013

Kuliah Komunikasi - Studi Mediasi 2 (Review)

KULIAH KOMUNIKASI


STUDI MEDIASI (Bagian II)
Review by : Nisya Rifiani

3.    Strategi mediasi dalam upaya menjembatani media dengan anak-anak
a.    Coviewing
Coviewing merupakan kegiatan menonton televisi bersama anak-anak, tanpa adanya diskusi tentang isi maupun penggunaan media. Coviewing dipandang memiliki dampak yang meyakinkan dalam mengubah perilaku dan behavioral anak-anak. Pada satu sisi, coviewing meningkatkan rasa nyaman anak-anak terhadap program siaran televisi yang mereka tonton sebab anak-anak menyukai kegiatan menonton televisi bersama orang tua mereka(1).
Pada sisi yang lain, coviewing dinilai dapat meningkatkan dampak negatif media seperti perilaku agresif ; hal ini karena kurangnya komunikasi dan diskusi bersama anak. Kurang aktifnya orang tua terhadap interaksi anak dengan televisi dapat diartikan oleh anak sebagai semacam persetujuan atas isi televisi (persetujuan positif diam).
Amy Nathanson menjelaskan, pada saat orang tua dan anak menonton tayangan televisi yang bermuatan negatif dan orang tua tidak memberikan komentar yang bertentangan dengan apa yang ditampilkan, anak-anak dapat menafsirkan kehadiran orang tua dalam ruang tersebut adalah sebagai tanda bahwa mereka menyetujui tayangan tersebut.
Nathanson kemudian merekomendasikan kepada para orang tua bahwa mereka harus selalu memberikan perhatian dalam bentuk nasihat-nasihat dalam mediasi anak-anak sebagai usaha dalam mencegah dampak negatif media yang tidak diinginkan. Meski strategi coviewing banyak diterapkan orang tua, kegiatan ini dinilai bukan merupakan strategi dalam memasyarakatkan literasi media.

b.    Mediasi Restriktif (Restrictive Mediation)
Mediasi restriktif merupakan peraturan-peraturan yang ditentukan orang tua mengenai pola konsumsi televisi yang diterapkan kepada anak-anak. Peraturan tersebut dapat berupa kebijakan program apa yang diperbolehkan atau tidak diperolehkan ditonton dan kapan waktu yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan untuk menonton.
Orang tua bukan hanya mengontrol program dan waktu menonton anak-anak tetapi juga dapat memberlakukan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum menonton, misalnya mengerjakan PR terlebih dahulu, dan lain sebagainya. Pada kalangan orang tua, peraturan ini biasanya diterapkan bukan karena adanya kesadaran umum tentang terpaan media, tetapi lebih karena adanya ketakutan terhadap dampak negatif media, misalnya kekerasan, agresivitas, maupun seksualisme.
Menurut Valkenburg meski banyak orang tua yang mengutamakan menggunakan strategi mediasi restriktif, coviewing merupakan strategi yang paling sering dilakukan untuk ‘mendampingi” jenis mediasi ini. Penerepan kedua strategi secara bersamaan dinilai efektif dalam usaha mediasi atas televisi(2).
Seperti dikatakan oleh Hogan, Steyer, Strausburger, dan Wilson, mediasi restriktif yang menggunakan pembatasan, aturan, dan batasan pada media adalah strategi yang sering direkomendasikan kepada para orang tua.

c.     Mediasi Aktif (Active Mediation)
Mediasi aktif merupakan percakapan-percakapan yang dilakukan antara orang tua dan anak mengenai tayangan televisi berupa komentar-komentar mengenai isi siaran program televisi dan mendiskusikannya bersama anak.
Nathanson mengkategorisasikan mediasi aktif menjadi tiga jenis, yakni aktif-positif (active-positive), aktif-negatif (active-negative), dan aktif-netral (active-neutral). Mediasi aktif-positif mengacu pada penilaian orang tua dengan mendorong dan memberikan komentar-komentar positif mengenai apa yang ditonton anak di televisi. Mediasi aktif-negatif mengacu pada penilaian orang tua yang cenderung negatif, yakni percakapan secara umum berada dalam konteks negatif. Mediasi aktif-netral merupakan jenis mediasi aktif yang melibatkan penyediaan informasi tambahan atau instruksi bagi anak mengenai tayangan televisi.
Mengacu pada penilaian orang tua terhadap kritik atas televisi, seperti berdiskusi tentang dampak negatif program siaran dan iklan. Nathanson mengkategorisasikan mediasi aktif menjadi tiga jenis untuk membantu mengklasifikasikan dan menerangkan lebih rinci jenis mediasi yang diterapkan oleh orang tua terhadap anak.
Contoh mediasi aktif-positif misalnya ketika orang tua memberikan komentar-komentar positif mengenai apa yang ditonton anak di televisi seperti berkata “I love this show” atau “He sure is cool”. Contoh mediasi aktif-negatif misalnya ketika orang tua memberikan pernyataan-pernyataan dalam konteks negatif mengenai apa yang ditonton anak di televisi seperti berkata “That’s not real” atau “That show is wrong”.  Contoh mediasi aktif-netral misalnya ketika orang tua menyediakan informasi tambahan atau instruksi bagi anak mengenai isi televisi seperti berkata “What do you think will happen next?” atau “This show is filmed in New York”(3).
Peter Nikken memberikan penamaan yang berbeda untuk mediasi aktif (active mediation) yakni Evaluative & Instructive. Sedangkan Livingtone dan Pasquire berpendapat mediasi akan lebih efektif dengan cara berbicara dengan anak-anak untuk membimbing mereka daripada memberlakukan peraturan dalam pola menonton televisi(4).
Anak-anak dari orang tua yang menggunakan mediasi aktif belajar lebih banyak dari isi televisi yang bermuatan pendidikan dan mendapatkan pengalaman positif yang diterapkannya dalam perilaku bersosial. 
Beberapa studi tentang efek mediasi aktif pada anak-anak telah menunjukkan hasil yang positif. Orang tua cenderung mengabaikan isi dan memilih untuk memindahkan saluran televisi daripada harus membahas isi tersebut dengan anak-anak mereka. Mediasi aktif telah direkomendasikan untuk menjadi bentuk yang paling efektif mediasi televisi orang tua (5). Anak-anak yang memiliki orang tua dengan tingkat keterlibatan yang lebih tinggi dengan media. Mereka merasa lebih positif tentang berbicara dengan orang tua tentang media (6).
Strategi mediasi aktif adalah kegiatan yang berkaitan erat dengan literasi media dan ditampilkan sebagai jenis mediasi paling efektif bagi orang tua. Seperti dikatakan oleh Fujioka & Austin, Livingstone, Nathanson, dan Pasquier.

Mediasi aktif, the type of mediation most closely aligned with media literacy, is shown to be most effective type of parental mediation(7).

Pada studi dan penelitian mediasi orang tua telah banyak mengadopsi tiga setting kerangka berfikir tersebut. Orang tua dapat menerapkan kegiatan mediasi dengan mengkombinasikan ketiganya.
Pada beberapa literasi menyebutkan strategi lain dalam mediasi yaitu unfocused mediation (mediasi tak berfokus) atau social co-viewing. Seperti dikemukakan oleh Peter Nikken, Unfocused Mediation atau Social Co-viewing diterjemahkan sebagai ‘mediasi tak bergokus’ : Menonton televesi bersama-sama dan berdiskusi tentang program siaran televisi secara umum. Dikenal dengan unfocused mediation (mediasi tak berfokus) atau social co-viewing.
Sedangkan menurut Van der Voort et al., mediasi tak berfokus bukan merupakan kegiatan mediasi karena orang tua menonton program siaran televisi yang sama dengan anak-anak mereka, tetapi merupakan suatu bentuk kesadaran dalam membimbing dimulai dari orang tua dan anak-anak(8).

The unfocused mediation in these families, however, turned out to refer to “discussing shows” and not to “watching together”. In later studies more varieties of unfocused and evaluative mediation were found.

Valkenburg menemukan tipe lain dari mediasi tak berfokus diantara orang tua dengan anak-anak (rating usia 5 - 12 tahun) yaitu ‘conscious co-viewing’ yang merupakan salah satu penamaan dari ‘social co-viewing’(9). Mereka juga menemukan suatu adaptasi dari mediasi evaluatif (evaluative mediation) yakni mediasi instruktif (instructive mediation). Penamaan kembali perlu dilakukan untuk membantu anak-anak memahami pesan dan makna program siaran televisi dan tidak mendiskusikan isi program.
James William Potter menyatakan bahwa konsep mediasi orang tua merupakan sebuah upaya untuk meningkatkan literasi media. Potter kemudian mengemukakan beberapa setting mediasi orang tua atas televisi yakni teknik interpersonal (interpersonal techniques) dan pendidikan publik (public education). Teknik Interpersonal terdiri dari mediasi restriktif, mediasi aktif, dan menggunakan rating.
Dari berbagai penelitian yang pernah dilakukan rating dimasukkan dalam variabel. Namun ternyata orang tua jarang menggunakan rating sebagai salah satu faktor/pedoman dalam mediasi orang tua atas televisi. Orang tua yang menggunakan rating biasanya adalah mereka yang sudah lebih dahulu memonitor secara aktif perilaku menonton anaknya. Selain rating, parental guide digunakan para orang tua dalam usaha memediasi anak mereka.
Parental guide merupakan referensi yang diberikan oleh stasiun televisi sebagai pedoman untuk orang tua dalam usaha mediasi atas program siaran televisi. Parental guide di televisi ditampilkan dalam bentuk gambar atau simbol yang tertera pada pojok kiri atau kanan atas pada layar televisi. Parental guide bisanya dibagi berdasarkan tingkatan umur yakni Anak-Anak (Bimbingan Orang tua), Remaja (Bimbingan Orang tua), Dewasa dan Semua Umur.
#

DAFTAR PUSTAKA
1.    Nathanson. 1999., RobbGrieco and Hobbs. 2009., dalam Mendoza, Kelly. Loc cit.
2.    Valkenburg, 1999., Mendosa, Kelly. Loc Cit.
3.    Nathanson & Botta’s. 2003. Hal. 308 – 309., dalam Mendoza Kelly. Loc cit.
4.    Peter Nikken. Parental mediation of children’s video game playing: A similar construct as television mediation.
5.    Austin,1993 & Nathanson, 1999., dalam Mendoza Kelly. Loc cit.
6.    RobbGrieco dan Hoobs, 2009., dalam Mendoza Kelly. Loc cit.
7.    Fujioka dan Austin 2002; Livingstone 2002; Nathanson 1999; Pasquier 2001., dalam dalam Mendoza Kelly. Loc cit.
8.    Van der Voort, T., Nikken, P., & Van Lil, J. 1992. “Determinants of parental guidance of children’s television viewing: A Dutch replication study”. Journal of Broadcasting and Electronic Media. Hal. 36, 61-74. Dalam Nikken, Peter. Loc cit.
9.    Valkenburg, P., Krcmar, M., Peeters, A. & Marseille, N. (1999). “Developing a scale to assess three styles of television mediation: “instructive mediation,” “restrictive mediation,” and “social coviewing.” Journal of Broadcasting and Electronic Media. Hal. 43, 52-66. Dalam Nikken, Peter. Loc cit.

1 komentar: