STUDI MEDIASI (Bagian II)
Review
by : Nisya Rifiani
3.
Strategi
mediasi dalam upaya menjembatani media dengan anak-anak
a.
Coviewing
Coviewing
merupakan kegiatan menonton televisi bersama anak-anak, tanpa adanya diskusi
tentang isi maupun penggunaan media. Coviewing
dipandang memiliki dampak yang meyakinkan dalam mengubah perilaku dan
behavioral anak-anak. Pada satu sisi,
coviewing meningkatkan rasa nyaman anak-anak terhadap program siaran
televisi yang mereka tonton sebab anak-anak menyukai kegiatan menonton televisi
bersama orang tua mereka(1).
Pada
sisi yang lain, coviewing dinilai
dapat meningkatkan dampak negatif media seperti perilaku agresif ; hal ini
karena kurangnya komunikasi dan diskusi bersama anak. Kurang aktifnya orang tua terhadap
interaksi anak dengan televisi dapat diartikan oleh anak sebagai semacam
persetujuan atas isi televisi (persetujuan positif diam).
Amy Nathanson
menjelaskan, pada saat orang tua dan anak menonton tayangan televisi yang
bermuatan negatif dan orang tua tidak memberikan komentar yang bertentangan
dengan apa yang ditampilkan, anak-anak dapat menafsirkan kehadiran orang tua
dalam ruang tersebut adalah sebagai tanda bahwa mereka menyetujui tayangan
tersebut.
Nathanson
kemudian merekomendasikan kepada para orang tua bahwa mereka harus selalu
memberikan perhatian dalam bentuk nasihat-nasihat dalam mediasi anak-anak
sebagai usaha dalam mencegah dampak negatif media yang tidak diinginkan. Meski
strategi coviewing banyak diterapkan
orang tua, kegiatan ini dinilai bukan merupakan strategi dalam memasyarakatkan
literasi media.
b. Mediasi
Restriktif (Restrictive Mediation)
Mediasi restriktif merupakan
peraturan-peraturan yang ditentukan orang tua mengenai pola konsumsi televisi
yang diterapkan kepada anak-anak. Peraturan tersebut dapat berupa kebijakan
program apa yang diperbolehkan atau tidak diperolehkan ditonton dan kapan waktu
yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan untuk menonton.
Orang tua bukan hanya mengontrol program
dan waktu menonton anak-anak tetapi juga dapat memberlakukan syarat-syarat yang
harus dipenuhi sebelum menonton, misalnya mengerjakan PR terlebih dahulu, dan
lain sebagainya. Pada kalangan orang tua, peraturan ini biasanya diterapkan
bukan karena adanya kesadaran umum tentang terpaan media, tetapi lebih karena
adanya ketakutan terhadap dampak negatif media, misalnya kekerasan,
agresivitas, maupun seksualisme.
Menurut Valkenburg
meski banyak orang tua yang mengutamakan menggunakan strategi mediasi
restriktif, coviewing merupakan
strategi yang paling sering dilakukan untuk ‘mendampingi” jenis mediasi ini.
Penerepan kedua strategi secara bersamaan dinilai efektif dalam usaha mediasi
atas televisi(2).
Seperti dikatakan
oleh Hogan, Steyer, Strausburger, dan Wilson, mediasi restriktif yang
menggunakan pembatasan, aturan, dan batasan pada media adalah strategi yang
sering direkomendasikan kepada para orang tua.
c.
Mediasi
Aktif (Active Mediation)
Mediasi aktif
merupakan percakapan-percakapan yang dilakukan antara orang tua dan anak
mengenai tayangan televisi berupa komentar-komentar mengenai isi siaran program
televisi dan mendiskusikannya bersama anak.
Nathanson mengkategorisasikan
mediasi aktif menjadi tiga jenis, yakni aktif-positif (active-positive),
aktif-negatif (active-negative), dan aktif-netral (active-neutral). Mediasi aktif-positif mengacu pada penilaian orang tua
dengan mendorong dan memberikan komentar-komentar positif mengenai apa yang
ditonton anak di televisi. Mediasi aktif-negatif mengacu pada penilaian orang
tua yang cenderung negatif, yakni percakapan secara umum berada dalam konteks
negatif. Mediasi aktif-netral merupakan jenis mediasi aktif yang melibatkan
penyediaan informasi tambahan atau instruksi bagi anak mengenai tayangan
televisi.
Mengacu pada
penilaian orang tua terhadap kritik atas televisi, seperti berdiskusi tentang
dampak negatif program siaran dan iklan. Nathanson mengkategorisasikan mediasi
aktif menjadi tiga jenis untuk membantu mengklasifikasikan dan menerangkan
lebih rinci jenis mediasi yang diterapkan oleh orang tua terhadap anak.
Contoh mediasi
aktif-positif misalnya ketika orang tua memberikan komentar-komentar positif
mengenai apa yang ditonton anak di televisi seperti berkata “I love this show” atau “He sure is cool”. Contoh mediasi
aktif-negatif misalnya ketika orang tua memberikan pernyataan-pernyataan dalam
konteks negatif mengenai apa yang ditonton anak di televisi seperti berkata “That’s not real” atau “That show is wrong”. Contoh mediasi aktif-netral misalnya ketika
orang tua menyediakan informasi tambahan atau instruksi bagi anak mengenai isi
televisi seperti berkata “What do you
think will happen next?” atau “This
show is filmed in New York”(3).
Peter Nikken
memberikan penamaan yang berbeda untuk mediasi aktif (active mediation) yakni Evaluative
& Instructive. Sedangkan Livingtone dan Pasquire berpendapat mediasi
akan lebih efektif dengan cara berbicara dengan anak-anak untuk membimbing
mereka daripada memberlakukan peraturan dalam pola menonton televisi(4).
Anak-anak dari
orang tua yang menggunakan mediasi aktif belajar lebih banyak dari isi televisi
yang bermuatan pendidikan dan mendapatkan pengalaman positif yang diterapkannya
dalam perilaku bersosial.
Beberapa studi tentang efek mediasi aktif pada anak-anak telah menunjukkan hasil yang positif. Orang tua cenderung mengabaikan isi dan memilih untuk memindahkan saluran televisi daripada harus membahas isi tersebut dengan anak-anak mereka. Mediasi aktif telah direkomendasikan untuk menjadi bentuk yang paling efektif mediasi televisi orang tua (5). Anak-anak yang memiliki orang tua dengan tingkat keterlibatan yang lebih tinggi dengan media. Mereka merasa lebih positif tentang berbicara dengan orang tua tentang media (6).
Strategi mediasi
aktif adalah kegiatan yang berkaitan erat dengan literasi media dan ditampilkan
sebagai jenis mediasi paling efektif bagi orang tua. Seperti dikatakan oleh
Fujioka & Austin, Livingstone, Nathanson, dan Pasquier.
Mediasi aktif, the type of mediation most
closely aligned with media literacy, is shown to be most effective type of
parental mediation(7).
Pada studi dan
penelitian mediasi orang tua telah banyak mengadopsi tiga setting kerangka
berfikir tersebut. Orang tua dapat menerapkan kegiatan mediasi dengan
mengkombinasikan ketiganya.
Pada beberapa literasi menyebutkan
strategi lain dalam mediasi yaitu unfocused
mediation (mediasi tak berfokus) atau social
co-viewing. Seperti dikemukakan oleh Peter Nikken, Unfocused Mediation atau Social
Co-viewing diterjemahkan sebagai ‘mediasi tak bergokus’ : Menonton televesi
bersama-sama dan berdiskusi tentang program siaran televisi secara umum.
Dikenal dengan unfocused mediation
(mediasi tak berfokus) atau social
co-viewing.
Sedangkan
menurut Van der Voort et al., mediasi tak berfokus bukan merupakan kegiatan
mediasi karena orang tua menonton program siaran televisi yang sama dengan
anak-anak mereka, tetapi merupakan suatu bentuk kesadaran dalam membimbing
dimulai dari orang tua dan anak-anak(8).
The unfocused mediation in these families,
however, turned out to refer to “discussing shows” and not to “watching
together”. In later studies more varieties of unfocused and evaluative
mediation were found.
Valkenburg menemukan tipe lain dari
mediasi tak berfokus diantara orang tua dengan anak-anak (rating usia 5 - 12
tahun) yaitu ‘conscious co-viewing’ yang
merupakan salah satu penamaan dari
‘social co-viewing’(9). Mereka juga menemukan suatu adaptasi dari mediasi
evaluatif (evaluative mediation)
yakni mediasi instruktif (instructive
mediation). Penamaan kembali perlu dilakukan untuk membantu anak-anak
memahami pesan dan makna program siaran televisi dan tidak mendiskusikan isi
program.
James William Potter menyatakan bahwa konsep mediasi orang tua merupakan sebuah upaya untuk
meningkatkan literasi media. Potter kemudian mengemukakan beberapa setting mediasi orang tua atas televisi
yakni teknik interpersonal (interpersonal
techniques) dan pendidikan publik (public
education). Teknik Interpersonal
terdiri dari mediasi restriktif, mediasi aktif, dan menggunakan rating.
Dari berbagai penelitian yang pernah
dilakukan rating dimasukkan dalam variabel. Namun ternyata orang tua jarang
menggunakan rating sebagai salah satu faktor/pedoman dalam mediasi orang tua
atas televisi. Orang tua yang menggunakan rating biasanya adalah mereka yang
sudah lebih dahulu memonitor secara aktif perilaku menonton anaknya. Selain
rating, parental guide digunakan para
orang tua dalam usaha memediasi anak mereka.
Parental
guide merupakan referensi
yang diberikan oleh stasiun televisi sebagai pedoman untuk orang tua dalam
usaha mediasi atas program siaran televisi. Parental
guide di televisi ditampilkan dalam bentuk gambar atau simbol yang tertera
pada pojok kiri atau kanan atas pada layar televisi. Parental guide bisanya dibagi berdasarkan tingkatan umur yakni
Anak-Anak (Bimbingan Orang tua), Remaja (Bimbingan Orang tua), Dewasa dan Semua
Umur.
#
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Nathanson. 1999., RobbGrieco and Hobbs. 2009.,
dalam Mendoza, Kelly. Loc cit.
2.
Valkenburg, 1999., Mendosa, Kelly. Loc Cit.
3.
Nathanson & Botta’s. 2003. Hal. 308 – 309.,
dalam Mendoza Kelly. Loc cit.
4.
Peter Nikken. Parental mediation of children’s video game playing: A similar construct
as television mediation.
5.
Austin,1993 & Nathanson, 1999., dalam
Mendoza Kelly. Loc cit.
6.
RobbGrieco dan Hoobs, 2009., dalam Mendoza
Kelly. Loc cit.
7.
Fujioka dan Austin 2002; Livingstone 2002;
Nathanson 1999; Pasquier 2001., dalam dalam Mendoza Kelly. Loc cit.
8.
Van
der Voort, T., Nikken, P., & Van Lil, J. 1992. “Determinants of parental guidance of children’s television viewing: A
Dutch replication study”. Journal
of Broadcasting and Electronic Media. Hal. 36, 61-74. Dalam Nikken, Peter.
Loc
cit.
9.
Valkenburg,
P., Krcmar, M., Peeters, A. & Marseille, N. (1999). “Developing a scale to assess three styles of television mediation:
“instructive mediation,” “restrictive mediation,” and “social coviewing.” Journal of Broadcasting and Electronic
Media. Hal. 43, 52-66. Dalam Nikken, Peter. Loc cit.
is nice, sangat membantu.. thankss
BalasHapus