STUDI MEDIASI (Bagian I)
Review
by : Nisya Rifiani
1.
Sejarah perkembangan studi mediasi
Perkembangan studi
mediasi sejatinya dimulai sekitar tahun 1980-an di Amerika Serikat. Pada saat
kekuatan regulasi dan standar tayangan televisi untuk anak-anak sangat rendah,
Pemerintah Amerika Serikat mencoba membendung efek media massa televisi dengan
memberikan pengajaran-pengajaran kepada orang dewasa untuk memediasi anak-anak
dalam menonton televisi.
Pada tahun 1990
pemerintah Amerika Serikat memberlakukan regulasi tentang televisi yakni
Children’s Television Act (CTA). Studi dan penelitian mengenai mediasi kemudian
terus berlanjut di tahun 1990-an. Penelitian mediasi orang tua mengkaji lebih
dalam bagaimana interaksi antara orang tua dengan anak-anak mereka. Regulasi
dan peratingan ini rupanya tidak efektif dalam membendung terpaan media pada
anak-anak.
Meski mediasi
termasuk dalam studi komunikasi mengenai perilaku bermedia, akan tetapi kajian
ini dapat ditemukan dalam studi psikologi perkembangan dan studi perkembangan
kognitif.
Mediasi merupakan
salah satu upaya memodifikasi atau bahkan mencegah dampak negatif yang
ditimbulkan oleh media massa. Lebih spesifik, Bujizen dan Valkenburg
mengemukakan bahwa mediasi orang tua menjadi strategi yang efektif dalam upaya
mencegah dampak negatif yang ditimbulkan televisi terhadap anak-anak(1).
Upaya ini pada umumnya dilakukan oleh orang tua,
akan tetapi berbagai elemen lingkungan anak juga berkewajiban mengupayakan hal
serupa. Elemen tersebut antara lain saudara kandung, pengasuh, guru, orang
dewasa lain, atau teman sepermainan. Namun, mengingat besarnya peranan orang
tua dalam menentukan arah tumbuh kembang anak, istilah mediasi lebih banyak
dikerucutkan dalam pembahasan mengenai mediasi orang tua atau parental
mediation. Browne (1993;
31) mengemukakan pentingnya peran orang tua dalam kegiatan bermedia anak-anak :
“The majority of young children’s experience
of viewing television and videos takes place in their own homes and, therefore,
parents are likely to help shape young children’s perceptions of the status,
value and enjoyment of televisual texts(2).”
Bentuk-bentuk mediasi misalnya memberikan komentar mengenai
aktivitas alternatif, berdiskusi mengenai isu sosial atau pribadi yang diangkat
televisi, dan berbincang ringan mengenai isi televisi. Orang tua, adik, atau
kakak bisa menanggapi pertanyaan dengan komentar evaluatif, komentar
interpretif, penjelasan mengenai bentuk kode, ataupun diskusi mengenai moral(3).
Bentuk mediasi lainnya misalnya membatasi tayangan anak dengan mengikuti
pedoman rating dan parental guide.
Setiap keluarga
tentunya mempunyai norma yang berbeda dalam penggunaan media terutama terhadap
media televisi. Anak-anak paling banyak mengkonsumsi media televisi di rumah,
dengan demikian sangat penting peran untuk melakukan mediasi yakni membimbing
anak-anak mereka dalam rangka menggunakan, memahami, dan menciptakan media.
Menonton televisi bersama, menerapkan sejumlah aturan, dan membahas isi
televisi, merupakan mediasi paling umum yang dilakukan oleh para orang tua.
2. Mediasi
Orang tua sebagai Sebuah Konsep
Parental mediation
atau mediasi orang tua didefinisikan oleh Encyclopedia
of Communication and Information sebagai: semua kegiatan interaksi orang
tua dengan anak mengenai televisi. Usaha orang tua dalam mengatasi efek
televisi tampaknya masuk definisi dari mediasi orang tua ini(4).
Tidak ada suatu
konsesus dalam mendefinisikan makna mediasi orang tua. William James Potter menilai,
kurangnya kesepakatan dalam mendefinisikan istilah mediasi memberikan suatu
kontribusi terhadap ambiguitas dalam literatur. Bybe, Robinson, dan Turow
adalah para peneliti yang pertama kali mengembangkan konsep multidimensi
tentang mediasi.
Although researchers have used different
definitions and measures of mediation, most of the research shows the same
three patterns of mediation as “any strategy parents use to control, supervise,
or interpret content”(5).
Warren
mengemukakan mediasi orang tua sebagai suatu strategi yang digunakan oleh orang
tua untuk mengontrol, mengawasi, dan menafsirkan isi media untuk anak-anak dan
remaja(6). Meski para peneliti dan sarjana media massa mengemukakan definisi
dan langkah yang beragam, namun secara umum mediasi orang tua dimaknai sebagai:
strategi orang tua yang digunakan untuk mengontrol, mengawasi, dan menafsirkan
isi media(7).
Meskipun sejumlah
individu dapat melakukan mediasi, seperti kakak, adik, peer, dan orang dewasa, istilah mediasi ini sering digunakan untuk
menggambarkan interaksi orang tua dengan anak(8). Parenting disini dilakukan oleh orang tua tunggal maupun
berpasangan. Karena terdapat banyak konfigurasi untuk keluarga, terdapat banyak
pula hubungan parental yang berlainan(9). Demikian pula dalam penelitian ini
relasi mediasi yang dimaksud adalah antara orang tua dengan anak. Penelitian
ini menggunakan definisi orang tua dan/atau wali dalam arti yang lebih luas,
yakni orang tua yang mencakup ibu dan ayah, orang tua tiri, orang tua angkat,
kakek, nenek.
Penelitian tentang
mediasi telah merumuskan berbagai pengertian mediasi dan telah membedakan
berbagai jenis mediasi, faktor yang memprediksi mediasi, beserta efek mediasi.
Mediasi atas televisi dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Mediasi
yang sifatnya langsung misalnya komentar mengenai aktivitas alternatif, diskusi
mengenai isu sosial atau pribadi yang diangkat televisi, dan berbincang ringan
mengenai isi televisi. Orang tua, adik atau kakak bisa menanggapi pertanyaan
dengan komentar evaluatif, komentar interpretif, penjelasan mengenai bentuk
kode, ataupun diskusi mengenai moral(10). Sementara mediasi yang sifatnya tidak
langsung misalnya membatasi tayangan anak dengan mengikuti pedoman rating dan parental guide(11).
Selanjutnya, Amy
Nathanson bersama-sama dengan para sarjana media massa lainnya memberikan
definisi mediasi orang tua sebagai : tindakan nyata yang dilakukan oleh pihak
orang tua dalam membatasi efek media massa(12). Nathanson kemudian membagi
mediasi orang tua ke dalam tiga setting kerangka berfikir, yakni coviewing, restrictive mediation, dan active
mediation(13).
Mengacu
pada Nathanson dan Young, coviewing,
merupakan kegiatan menonton televisi bersama anak-anak, tanpa adanya diskusi
tentang isi maupun penggunaan media. Restrictive
mediation, atau mediasi restriktif adalah peraturan-peraturan mengenai pola
konsumsi televisi yang diterapkan kepada anak-anak, seperti program apa yang
diperbolehkan ditonton dan kapan waktu yang diperbolehkan untuk menonton. Active mediation, atau mediasi aktif - dikenal juga dengan
diskusi (discussion) merupakan
percakapan orang tua dengan anak mengenai televisi, misalnya mendiskusikan
program siaran, isi program dan iklan televise(14).
William
James Potter menyatakan bahwa dari analisis literatur terdapat empat macam
mediasi yang dilakukan orang tua terhadap anak, yakni non-mediators (yaitu orang tua berbicara kepada anak tentang
televisi secara tidak rutin), optimists
(diskusi yang utamanya memperkuat isi televisi), cynics (diskusi yang utamanya meng-counter isi televisi), dan selective (diskusi yang menggunakan
kedua teknik, baik positif maupun negatif, tergantung kepada situasi)(15).
Coviewing,
mediasi restriktif, dan mediasi aktif mempunyai potensi untuk dapat
diaplikasikan dalam berbagai media massa, tetapi pada umumnya ketiga strategi
tersebut diterapkan pada media televisi. Pada penelitian yang lain, ditemukan
penelitian mediasi yang diterapkan pada video gem dan internet (Video Game Mediation dan Internet Mediation). Meski demikian
terdapat perbedaan dalam konteks. Tiga jenis mediasi tidak hanya diterapkan
oleh orang tua tetapi juga anak-anak yang mulai dewasa (remaja) kepada
anak-anak yang lebih kecil.
Tulisan
ini berfokus pada strategi mediasi atas televisi. Bagian selanjutnya dari
tulisan ini akan menjelaskan tentang tiga jenis umum strategi mediasi yakni coviewing, mediasi restriktif, dan
mediasi aktif. Berikut sedikit ilustrasi mengenai strategi mediasi atas
permainan video gem dan internet.
#
DAFTAR PUSTAKA
- Bujizen & Valkenburg. 2005. Dalam Mendosa, Kelly. 2009. Surveying Parental Mediation: Connections, Challenges and Questions for Media Literacy. The National Association for Media Literacy Education’s Journal of Media Literacy Education. Hal. 28 – 41.
- Browne. 1993. Hal. 31.
- Schement dalam Rakhmani, Inaya. Loc cit.
- Schement dalam Rakhmani, Inaya. Loc cit.
- Warren 2001 : 212, dalam Mendosa, Kelly. Loc Cit.
- Warren 2001 : 212, dalam Mendosa, Kelly. Loc Cit.
- Warren 2001 : 212, dalam Mendosa, Kelly. Loc Cit.
- Chen, 1994; 11 dalam Rakhmani, Inaya. Loc cit.
- Schement dalam Rakhmani, Inaya. Loc cit.
- Parental guide merupakan referensi yang diberikan oleh stasiun televisi sebagai pedoman untuk orang tua dalam usaha mediasi atas program siaran televisi. Parental guide di televisi ditampilkan dalam bentuk gambar atau simbol yang tertera pada pojok kiri atau kanan atas pada layar televis. Parental guide bisanya dibagi berdasarkan tingkatan umur yakni Anak-Anak (Bimbingan Orang tua), Remaja (Bimbingan Orang tua), Dewasa dan Semua Umur.
- Nathanson dalam Rakhmani, Loc cit.
- Nathanson & Botta. 2005. Dalam Mendosa Kelly. Loc cit.
- Nathanson & Young. 2005. Dalam Mendoza. Loc cit.
- Nathanson & Young. 2005. Dalam Mendoza. Loc cit.
- Potter. 2005. Op Cit. Hal. 313.
Valuable information. Fortunate me I found your web site unintentionally, and I'm
BalasHapussurprised why this coincidence didn't happened earlier!
I bookmarked it.
My web blog ... lasertest
Great blog right here! Additionally your website a
BalasHapuslot up fast! What host are you the usage of? Can I get your
associate hyperlink to your host? I desire my site loaded up as quickly as yours lol
Visit my web blog :: lasertest
Howdy! I could have sworn I've been to this blog before but after browsing
BalasHapusthrough some of the post I realized it's new to me. Anyways, I'm definitely happy I found it and I'll be book-marking and checking back
frequently!
Stop by my webpage :: review