KULIAH KOMUNIKASI
Studi Literasi Media (Bagian V)
Review by : Nisya Rifiani
a. Struktur pengetahuan industri
media (Media Industries)
Potter menyatakan bahwa dalam berhadapan
dengan industri media, kita dapat menggunakan default strategy ataupun media
literacy strategy. Default strategy
memiliki tujuan untuk membangun kepuasan dengan level interupsi minimal. Dalam
level ini berarti seseorang mengakses media dalam konteks pola kebiasaan (habitual pattern) yang berkembang pada
masa lalu. Ketika kita mencoba sesuatu yang baru dan merasakan kepuasan, maka
kita melanjutkannya tanpa berpikir terlalu banyak. Kita jarang untuk mencoba
mengakses tipe pesan yang lain, entah itu karena kita tidak terlalu yakin bahwa
jenis pesan yang lain akan memberi kepuasan juga ataupun karena kita memandang
bahwa akses terhadap jenis pesan lain tersebut memerlukan usaha yang lebih
besar dibanding nilainya.
Sedangkan media literacy strategy memiliki tujuan untuk memahami dunia
ekonomi dalam industri media. Hal ini berarti mereka memiliki ekspektasi yang
lebih tinggi terhadap hasil yang didapat dibanding sumber daya yang
dikeluarkan. Orang-orang semacam itu menginginkan lebih dari kepuasan minimal
dari mengakses media. Mereka berpikir matang tentang sumber daya yang dimiliki
dan menginginkan negosiasi untuk mendapatkan hasil yang lebih bernilai.
b. Struktur pengetahuan efek media (Media Effect)
Pengetahuan ini berkaitan dengan empat
aspek perspektif dimensional. Pertama,
Timing of effect berhubungan dengan
efek yang terjadi ketika kita berinteraksi dengan media. Efek media dapat
bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Efek jangka pendek merupakan efek
yang terjadi selama paparan media. Efek tersebut hanya berlangsung dalam
periode yang singkat. Efek jangka panjang hanya terlihat setelah terjadi banyak
paparan. Tidak ada paparan tunggal atau pesan tunggal yang dapat menyebabkan
efek tersebut. Efek jangka pendek biasanya lebih mudah dilihat daripada efek
jangka panjang. Efek jangka pendek umumnya memperlihatkan diri dalam suatu perubahan.
Kita dapat dengan mudah melihat perubahan dalam perilaku atau emosi kita.
Sementara itu, perubahan yang disebabkan efek jangka panjang bersifat gradual dan lebih sulit untuk dikenali.
Efek jangka pendek terjadi karena disebabkan paparan jenis pesan tertentu,
sehingga mudah untuk menghubungkan pesan media dengan efek tertentu yang
dihasilkan.
Kedua, Type of effect, terdapat lima tipe efek
media yaitu efek kognitif (cognitive-type
effect) bergerak pada tataran perubahan kognisi - media dapat mempengaruhi
apa yang kita ketahui dengan menanamkan ide dan informasi ke dalam pikiran
kita. Hal ini merupakan efek yang paling sering terjadi, karena terjadi
sepanjang waktu dan kita pun secara konstan menambahkan informasi setiap kali
mengakses media. Pembelajaran kognitif ini tidak hanya terbatas kepada
informasi faktual, tetapi juga informasi sosial. Efek sikap (attitudinal–type effect) bergerak pada
tataran perubahan sikap - media dapat menciptakan dan membentuk opini,
kepercayaan, dan nilai yang kita miliki. Efek ini dapat berlangsung dalam
jangka waktu pendek, ketika kita memberikan sikap positif terhadap pesan media
tersebut. Namun juga dapat bersifat jangka, panjang ketika kita terlalu banyak
terpapar efek media (cultivation).
Efek emosi (emosional-type effect), bergerak pada tataran reaksi emosi - media
dapat membuat kita merasakan sesuatu misalnya memicu emosi marah, sedih, bosan,
dan lain-lain. Reaksi emosi ini berkaitan dengan perubahan psikologis. Selama
mengakses media kita berpeluang mengalami perubahan psikologis dan kadang efek
emosi jangka panjang. Efek psikologis (psychological-type
effect) - media dapat mempengaruhi sistem otomatis dalam tubuh (automatic bodily system) yang terjadi di
luar kesadaran kita. Efek perilaku (behavioral–type
effect) - media dapat memicu terjadinya tindakan. Misalnya setelah melihat
iklan sebuah produk, kita segera bergegas ke toko untuk membelinya. Efek
perilaku tersebut juga dapat bersifat jangka panjang.
Ketiga, Valence of effect, menunjukkan arah efek
media dapat menuju ke arah yang positif maupun negatif. Arah positif adalah
ketika efek media membantu seseorang mencapai tujuan personal. Ia menggunakan
media secara strategis untuk mencapai tujuan tersebut. Sementara itu, efek
negatif terjadi ketika media menggunakan kita sebagai alat untuk mencapai
tujuan mereka, jika tujuan mereka bertentangan dengan tujuan kita.
Keempat,
Intentionality of effect, ketika
berinteraksi dengan media sesungguhnya kita pun mengharapkan efek media yang
sesuai dengan harapan kita. Secara sadar kita mencari pesan-pesan tertentu dari
media yang dapat memberikan efek tersebut. Misalnya menonton tayangan televisi
untuk mendapatkan hiburan. Namun ada pula efek yang tidak diharapkan misalnya
ketika menonton tayangan komedi dengan tujuan memperoleh hiburan, kita juga
harus berhadapan dengan iklan dan jingle
yang menginterupsi.
Tabel 1
Struktur Kemampuan dan
Pengetahuan dalam Literasi Media
(James William
Potter/2001)
Domain
|
Kemampuan (Skills)
|
Pengetahuan (Knowledge)
|
1. Kognitif
|
-
Mampu mengidentifikasi kunci
informasi.
-
Mampu membandingkan kunci
informasi yang satu dengan yang lainnya.
-
Mampu mengevaluasi
kejujuran/kebenaran informasi.
-
Mampu mengevaluasi
keseimbangan.
|
-
Mempunyai pengetahuan
atas topik tertentu dari berbagai sumber (media dan dunia nyata).
|
2. Emosional
|
-
Mampu menganalisis
perasaan orang yang diberitakan.
-
Mampu memposisikan diri
di posisi orang lain.
-
Mampu berempati.
|
- Mempunyai pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman
personal yang sesuai atau senada dengan situasi yang diberitakan.
|
3. Estetik
|
- Mampu menganalisis seni dan elemen artistik dalam
cerita.
- Mampu membandingkan dan membedakan nilai artistik
yang digunakan untuk satu cerita dengan cerita yang lain.
|
- Mempunyai pengetahuan akan tulisan, grafis,
fotografi, hingga produksi berita TV.
- Mempunyai pengetahuan akan kualitas cerita, mana
cerita yang disampaikan dengan baik dan mana yang tidak, termasuk di dalamnya
elemen-elemen yang mempengaruhi kualitas tersebut.
|
4. Moral
|
- Mampu menganalisis elemen-elemen moral yang ada di
cerita.
- Mampu membandingkan cerita satu dengan lainnya.
- Mampu mengevaluasi tanggung jawab etis dari para
jurnalis dalam setiap cerita.
|
- Mempunyai pengetahuan tentang kritik atas berita.
- Mempunyai pengetahuan akan arti bias, objektif,
keberimbangan, kejujuran/kebenaran.
- Mempunyai pengetahuan akan cerita lain yang temanya
sama dan bagaimana jurnalis dalam berita tersebut mempraktekkan keberimbangan
dan kebenaran.
- Mengembangkan kode moral jurnalisme.
|
Literasi Media sebagai Pemikiran Kritis
Beberapa
pemikiran memandang literasi media lebih sebagai sebuah pemikiran kritis ketika
berhadapan dengan media. Konsep ini kemudian mendorong munculnya suatu konsep
baru yang disebut dengan critical media
literacy atau literasi media kritis. Aktivitas literasi media kritis lebih
kritis mengenai pemilihan media dan pembelajaran tentang proses teknis
menggunakan alat media (media tools)
dan konstruksi isi media (media content),
serta mengkombinasikan kedua poin tersebut dalam kegiatan bermedia. Definisi
literasi media dikemukakan oleh Sheperd berikut ini menunjukkan literasi media
merupakan cara berpikir kritis ketika berhadapan dengan media :
“An
informed, critical understanding of the mass media. It involves examining the
techniques, technologies and institutions involved in media production; being
able to critically analyze media messages; and recognizing the role audiences
play in making meaning from those messages(1).”
#
DAFTAR PUSTAKA
1. Sheperd, 2002 : 1 dalam Susanto, 2008. Loc cit.
0 komentar:
Posting Komentar