15 Jan 2013

Sisi Lain - Pengamen Jalanan di Alun-Alun Kota Jogja



 EXPERIENCE

Sisi lain - Pengamen Jalanan di Alun-Alun Kota Jogja

Kegiatan nongkrong bersama teman kini menjadi salah satu agenda yang nggak boleh dilewatkan. Acara kongkow seperti ini seakan menjadi ritual wajib yang musti dijalankan. Kalo’ dalam seminggu aja nggak ada acara kumpul bareng teman, rasanya gimanaaa gitu… Berbagai tempat asyik buat nongkrong musti disambangi satu-satu, bergiliran.
Mulai dari yang minimalis hingga yang prestise. Mencoba sensasi angkringan, warung kopi, hingga kafe ternama… Kebiasaan tersebut bukan hanya nge-trend di kalangan mahasiswa, siswa sekolah menengah atas, sekolah menengah pertama, hingga siswa sekolah dasar pun kini getol banget kongkow seperti ini.
Bersosialisasi dengan cara ini tentu mustahil jika kita nggak punya duit... Katakan, minimal sepuluh ribu rupiah untuk sekali kongkow. Itu untuk kelas warung tenda, bagaimana dengan level di atasnya??? Atau, minimal dua puluh ribu rupiah untuk sekali nonton, padahal dalam seminggu bisa berkali-kali nonton...
Kegiatan seperti itu memang selalu dikatakan lumrah di jaman sekarang ini. Tetapi, coba tengoklah sisi lain di sekitar kita… Tidak semua orang beruntung seperti kita. Punya orang tua yang mapan dan bisa memenuhi semua kebutuhan kita. Perlu sesuatu, tinggal calling mama...
Atau setidaknya, mereka memfasilitasi hidup kita - mulai dari gadget hingga kendaraan. Sebagian hanya menikmatinya tanpa bisa menghasilkan apa-apa, sebaliknya memanfaatkan secara maksimal hingga menghasilkan rupiah... yang mana kita?

Fenomena Pengamen Jalanan di Kota Jogja

Malam itu kami berdua, saya dan mas achmad choirul sidiq tengah jalan-jalan di Alun-AlunUtara Kota Jogja. Kami juga mampir ke salah satu warung tenda disana, menikmati seporsi ronde yang hangat. Beberapa lama kemudian, ada serombongan pengamen jalanan mendekati kami. Mereka lantas mulai menyanyi sembari memainkan alat musik. Hanya kami beri rupiah sekadarnya.
Selesai menyanyi, kami pun mengajak ngobrol mereka. Rombongan pengamen jalanan ini ternyata benar-benar pengamen jalanan. Maksudnya, mereka bukan mahasiswa, atau orang yang mengamen di malam hari untuk menambah penghasilan mereka. Tetapi memang berprofesi sebagai pengamen jalanan... kegiatan lainnya selain mengamen, tidak saya tanyakan...
Siang hari mereka mengamen sendiri (berpisah), namun malamnya mereka mengamen bersama-sama... Mereka orang perantauan, berasal dari luar Kota Jogja. Ketika kami tanya, mengapa hijrah ke Kota Jogja dan mengapa sampai sini ‘hanya’ mengamen??? Mereka menjawab, memang tidak ada pilihan yang lain... ingin memulai usaha, namun apa daya tiada modal...

Rombongan pengamen jalanan bukan mereka saja, ada ratusan lainnya…
Pengamen-Pengamen itu seakan punya harapan yang sama, semoga keadaan ini hanya sementara. Berharap ada pekerjaan yang lebih baik, dengan ‘gaji’ yang lebih baik pula...

Teman, syukuri apa yang kita miliki...
Maksimalkan apa yang kita mampu usahakan...
Jangan melakukan kegiatan yang nggak berguna...

Rombongan Pengamen Jalanan di Alun-Alun Utara Kota Yogyakarta
Dori, Edi, Thoyib - satu lagi saya lupa namanya...^^

Rabu, 11 Juli 2012
Foto : Achmad Choirul Sidiq

Teks : Nisya Rifiani

0 komentar:

Posting Komentar