SERIAL/CERPEN
BERBAGI ITU INDAH
− Nisya
Rifiani –
“Gue cuma punya segini…” Igo
memulai rapat internal Geng’Gowes, sembari menyodorkan selembar rupiah berwarna
biru.
“Gue juga, ini gue ambil dari
tabungan gue sendiri…” Bintang meletakkan sejumlah uang. Selembar rupiah
berwarna biru, lagi.
“Gue ada lebih, ini gue dapat dari
kerja part time. Pakai aja dulu…”
Bang Jay menaruh rupiah berwarna biru. Kali ini dua lembar.
“Gimana dengan elo, Lulu?” tanya
Igo. Bintang dan Bang Jay memandang Lulu.
“Emm…” Lulu tampak bimbang.
“Sebenernya gue ada, tapi mau gue tabung buat beli sepeda.” ucap Lulu.
“Nggak apa-apa. Jumlah segini
sebenarnya sudah cukup kok…” ucap Bintang.
“Emm… Tapi, Bismillaahirrohmaanirrohiim…” kata Lulu. Lulu akhirnya merelakan selembar rupiah berwarna biru miliknya.
“Alhamdulillah. Terkumpul dua ratus lima puluh ribu rupiah…” kata
Igo.
“Ah, udah adzan maghrib. Kita
sholat dulu aja.” kata Bintang.
Mereka pun kemudian sholat
berjamaah bersama, dipimpin oleh Bang Jay.
#
Sore hari keesokan harinya…
Geng’Gowes sepakat kumpul di rumah
Bang Jay. Bintang tiba lebih dulu dari Igo dan Lulu.
“Bintang, gimana masalah
kendaraan? Beres?” tanya Bang Jay.
“Sip! Gue pinjam motor dari
Galang.” jawab Bintang.
“Oke. Alhamdulillah, motor sepupu gue juga bisa dipinjem. Jadi sore ini
kita bisa jalan…” kata Bang Jay. Tak lama kemudian Igo dan Lulu muncul.
“Gimana tugas kalian?” tanya
Bintang.
“Beres, kita udah pesan 45 nasi
bungkus plus air mineral dalam gelas. Tadi di rumah gue ada kue, jadi sekalian
aja gue bawa…” kata Igo.
“Nasi, air, kue, plus sendoknya,
udah dipaket jadi satu pake plastik kresek. Jumlah keseluruhan juga udah dibagi
jadi dua, supaya memudahkan kita saat distribusi nantinya.” kata Lulu.
“Oke, kita kumpul dulu.” kata Bang
Jay. Bintang, Igo, dan Lulu pun mendekat.
“Bismillaahirrohmaannirrohiim.
Mari kita mantapkan niat kita. Semoga dengan perbuatan kita ini bisa sedikit
meringankan beban bagi orang-orang yang membutuhkan. Amin.” kata Bang Jay.
“Amin...”
Bintang, Igo, dan Lulu pun turut memanjatkan doa.
Empat Sekawan itu kemudian membagi kelompok mereka menjadi dua. Bang Jay dengan Bintang,
Igo dengan Lulu. Setelah mengambil pesanan di sebuah warung makan sederhana, mereka
mulai menelusuri jantung Kota Jogja, membagikan bungkusan nasi kepada orang pinggiran
yang membutuhkan. Mereka mencari, jeli menyeleksi mana
orang yang benar-benar berhak atas
rizki itu – meski hanya sekedar nasi bungkus... Satu per satu mereka bagikan
hingga habis tak tersisa...
#
Sepanjang perjalanan pulang, Lulu
membenamkan kepalanya di balik punggung Igo. Rupanya ia sedang menangis...
“Lu, untung ya. Nasi bungkus
terakhir itu, kita kasih ke bapak tadi.”
Igo mengawali pembicaraan.
“Memangnya kenapa?” tanya Lulu.
“Tau nggak, dia lagi ngapain tadi?”
“Ngapain?”
“Tadi itu, dia lagi nyari makanan – di tempat pembuangan sampah. Makanya, begitu kita datang dan kasih nasi itu dia
langsung pergi dari tempat itu.”
jelas Igo.
“Ternyata, masih banyak orang yang
kesusahan. Hanya untuk mendapatkan sesuap makanan mereka sampai mengais-ngais
di tempat sampah.” kata Lulu.
“Iya. Makanya, kita nggak boleh
menyia-nyiakan rizki yang sudah dikasih sama Tuhan.”
“Hu’um.” Jawab lulu singkat
sembari sesengukan.
“Nah, mulai sekarang kurangi makan
cokelat yang berlebihan ya.” kata Igo.
“Iya.” Jawab Lulu.
Kedua motor itu memasuki kawasan parkir
salah satu masjid ternama di Kota Jogja. Meski sedikit telat, mereka tetap menjalankan ibadah sholat maghrib – sekaligus bersyukur atas apa yang telah mereka
peroleh selama hidup mereka.
Begitu cara mereka bersedekah… Pengalaman itu juga tak kan pernah mereka
lupakan...
#
A Short Story :: Cerpen ini terinspirasi dari pengalaman bersama Achmad
Choirul Sidiq...
− by :: Nisya
Rifiani / Juli 2012 –
Seperti itu cara mereka bersedekah, seperti ini
cara kami berbagi...
Semoga Menginspirasi...
0 komentar:
Posting Komentar