12 Des 2012

NEET Generation


WASPADAI GENERASI NEET
Oleh : Nisya Rifiani

 
Pernahkah kamu mendengar istilah NEET Generation?
Di Indonesia, istilah ini sebenarnya sudah cukup akrab terutama bagi kamu yang gaul. NEET Generation merupakan singkatan dari Not in Education Employment or Training. Sesuai namanya, istilah ini ditujukan untuk mereka generasi muda yang nggak sekolah, nggak punya pekerjaan, dan nggak ikutan training (nggak punya keahlian yang spesifik).

NEET berbeda dengan freeter (istilah untuk pengangguran yang sedang berusaha mencari pekerjaan tetap). Orang yang tergolong dalam kelompok NEET sama sekali tidak mempunyai keinginan untuk bekerja dan mendapatkan penghasilan.
Istilah NEET Generation pertama kali muncul di Inggris pada tahun 1990-an, ditujukan untuk para pengangguran berusia antara 16 – 18 tahun yang tidak mau bersosialisasi dalam masyarakat. Sindrome NEET kemudian menyebar di negara maju seperti di Amerika Serikat, Jepang, dan Korea. 
Jepang - salah satu negara yang memiliki kelompok NEET yang besar jumlahnya. NEET di Jepang kebanyakan berusia produktif antara usia 15–34 tahun. Status mereka dalam masyarakat tergolong sebagai orang yang tidak memiliki pekerjaan, tidak menikah, dan tidak terikat studi.
Ironisnya, bila NEET di negara lain banyak terjadi di kalangan tidak mampu, NEET di Jepang justru terjadi di kalangan dengan tingkat ekonomi yang mapan. Institut Ketenagakerjaan Jepang kemudian membagi NEET dalam 4 kategori.
Pertama, Yankee Kata. Tipe ini ditujukan untuk orang yang lebih suka bersenang-senang daripada bekerja. Orang seperti ini biasanya menggantungkan hidup pada orang tua mereka yang mapan. Istilah lain untuk tipe ini adalah parasite freeter.
Kedua, Hokikomori Kata. Tipe ini ditujukan untuk orang yang senang menyendiri, mengurung diri, dan tidak mau bersosialisasi dengan masyarakat. Orang seperti ini biasanya mengalami kebosanan hidup dan banyak ditemukan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Ketiga, Tachisukumu Kata. Tipe ini ditujukan untuk orang yang tidak memiliki pendirian. Orang seperti ini biasanya merupakan lulusan sekolah menengah atau perguruan tinggi yang tidak bisa (atau tidak berani) memutuskan masa depannya.
Keempat, Tsumazuki Kata. Tipe ini ditujukan untuk orang yang pernah bekerja namun mengalami kegagalan sehingga tidak memiliki keinginan untuk bekerja kembali. Orang seperti ini biasanya tidak punya rasa percaya diri.
NEET Generation bukan hanya masalah serius bagi generasi muda tetapi juga masalah bagi negara. Akan berdampak besar bagi perkembangan ekonomi dan sosial bagi negara yang memiliki kelompok NEET, apalagi dengan jumlah NEET yang besar.
Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya NEET diantaranya adalah faktor lingkungan dan faktor keluarga. Pada lingkungan pekerjaan, banyak dijumpai adanya gap misalnya, perusahan lebih suka dengan pegawai yang senior daripada yang junior, perbedaan honor pegawai tua dan pegawai muda, dan lain sebagainya. Rendahnya gaji juga merupakan alasan mengapa beberapa orang muda enggan bekerja.
Pada lingkungan keluarga, banyak dijumpai orang tua yang terlalu memanjakan anak, dan melindungi anak. Anak akan terbiasa menggantungkan hidup pada orang tuanya. Mengalirnya sponsor tetap kepada anak dan bantuan keluarga yang terus-menerus membuat anak terjebak di zona aman dan tidak berani melangkah ke depan. Meningkatnya lulusan pendidikan perguruan tinggi yang didak diimbangi dengan bertambahnya lapangan kerja juga  menjadi masalah.

Adakah NEET Generation di Indonesia?
Meski gejala NEET memang cukup memprihatinkan namun kasus ini belum ada di Indonesia, kalaupun ada jumlah kasusnya cukup sedikit. Namun jika tidak diperhatikan, kondisi ini kemudian hari akan menjelma menjadi generasi NEET. Generasi yang terjangkit NEET akan menimbulkan efek negatif berupa penurunan kemampuan, hilangnya nilai-nilai dalam diri, dan remuknya motivasi. Lebih jauh lagi, dapat menjadi bibit kemiskinan dan penyakit masyarakat. Jangan sampai kondisi ini menjadi masa depan kaum muda Indonesia. Hendaknya kita sebagai generasi muda berlomba-lomba memperkaya diri kita dengan hal-hal positif. Ikuti berbagai kegiatan yang bermanfaat. Jangan sampai kita menjadi generasi NEET. NEET Generation berkembang di Indonesia? Semoga saja tidak…

#

Referensi : Majalah Animonster Volume 76 – July Tahun 2005


--------------------------------------------------------------------------------------------


Artikel ini telah dipublikasikan di Tabloid Remaja BIAS – Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Provinsi DIY Edisi 6 Tahun XVII / 2012


BIAS 2012 Edisi #6 - Opini NEET Generation

Artikel Lengkap
 

5 komentar: