20 Jun 2012

Review - Sang Penari :: Terhipnotis Liukan Ronggeng Dukuh Paruk


REVIEW FILM - - SANG PENARI - -
TERHIPNOTIS LIUKAN RONGGENG DUKUH PARUK

Ronggeng iku duniaku. Wujud dharma bhaktiku ke Dukuh Paruk.”
Srintil – Sang Penari

Gambar: Google

Pada awalnya, sama sekali nggak terfikir untuk nonton film ini. Tapi malam itu, aku dan partner-ku Ai jalan-jalan keluar. Langkah kami menuju ke bioskop – maunya nonton film − pokoknya nonton film – film apa aja… cetusku. Akhirnya kami berdua memutuskan untuk menonton Sang Penari, karena diantara film-film yang sedang diputar saat itu film inilah yang paling oye untuk ditonton berdua. Dan memang benar saja, Sang Penari menyuguhkan tontonan full love story

Sinopsis Film

Sang Penari mengangkat cerita cinta yang terjadi di sebuah desa miskin di Indonesia. Berlatar pada pertengahan tahun 1960-an, RASUS – seorang tentara muda menyusuri kampung halamannya.
Mencari cintanya yang hilang − SRINTIL.

Awal cerita Sang Penari mengisahkan Rasus dan Srintil yang masih muda dan saling jatuh cinta di kampung mereka yang kecil dan miskin, Dukuh Paruk. Tapi sesuatu menghalangi cinta mereka… Ronggeng, menjadi sesuatu hal yang sangat diagungkan dengan kepercayaan magisnya sebagai suatu warisan yang harus dilestarikan sekaligus persembahkan kepada leluhur kampung di setiap pertunjukannya.
Begitu pula dengan sang penari ronggeng, penduduk kampung percaya bahwa tidak semua orang bisa menjadi penari ronggeng, karena diyakini bahwa leluhur mereka sendirilah yang akan memilih dan menentukan siapa titisannya. Ketika diketahui Srintil memiliki kemampuan menari yang magis, membuat para tetuah dukuh percaya bahwa Srintil adalah titisan ronggeng. Srintil menyiapkan diri untuk tugasnya menjadi ronggeng.
Saat itu, Srintil menyadari bahwa menjadi ronggeng tidak hanya berarti menjadi pilihan dukuhnya di pentas-pentas tari. Ia juga akan menjadi milik semua warga Dukuh Paruk. Hal ini menempatkan Rasus pada sebuah dilema. Ia merasa cintanya telah dirampas dan dalam keputusasaan, ia meninggalkan dukuhnya untuk menjadi anggota tentara.
Jaman terus bergerak. Rasus harus memilih – antara loyalitas kepada negara atau cintanya kepada Srintil. Saat Rasus berada dalam dilema, ia sudah kehilangan jejak kekasihnya. Pencarian selanjutnya tidak mudah. Sepuluh tahun kemudian, barulah nasib mempertemukan Rasus dengan Srintil… Cerita cinta sang penari juga dibungkus dalam imbas pergolakan politik G30S/PKI.

Review Film
Sang Penari – adalah sebuah film hasil adaptasi dari novel trilogi karya Ahmad Tohari, Ronggeng Dukuh Paruk : Ronggeng Dukuh Paruk (1982), Lintang Kemukus Dini Hari (1985), dan Jantera Bianglala (1986). Trilogi novel ini memang salah satu karya sastra penting dalam catatan literature Indonesia.

Ahmad Tohari – Pengarang Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk
Foto : istimewa

Fokus cerita Sang Penari adalah konflik cinta segitiga antara Srintil (Prisia Nasution) dan Rasus (Oka Antara), serta kecintaan dan pengorbanan Srintil pada dunia ronggeng. Namun, rasa cinta tersebut kemudian tertutupi dengan ego mereka atas kecintaan mereka terhadap sisi kehidupan lain mereka. Pertentangan inilah yang membuat kisah cinta antara Srintil dan Rasus tidak pernah mampu menyatu dengan baik. Meski Sang Penari berfokus pada kisah cinta klasik, namun film ini menyuguhkan sisi tradisional Indonesia yang kental.
Pembawaan karakter bagi semua pemain juga mengesankan. Karakterisasi Srintil dan Rasus begitu kuat, keduanya tampil dengan rasa cinta antara satu dengan yang lainnya. Prisia Nasution dan Oka Antara berhasil memberikan penampilan yang benar-benar mampu tampil hidup merasuk ke benak setiap penonton Sang Penari. Para jajaran pemeran pendukung yang diisi dengan nama-nama aktor dan aktris senior seperti Slamet Rahardjo, Dewi Irawan, Tio Pakusadewo, hingga Lukman Sardi dan Hendro Djarot mampu mendapatkan pengarahan yang sangat baik dari Ifa Isfansyah yang kemudian berhasil mengeluarkan kemampuan akting terbaik setiap pemeran film ini.

Foto : Istimewa

Sang Penari menyuguhkan jalan cerita yang cerdas dan kuat, didukung tata produksi ‘kelas atas’. Setting artistik, tata rias (make-up), tata busana (wardrobe), hingga tata visual digarap begitu jeli dan seksama. Teknik sinematografi benar-benar bisa menghipnotis para penonton, keren banget. Dukungan musik juga mampu menghidupkan nuansa pada setiap adegan. Pencapaiannya, Sang Penari adalah film Indonesia yang paling berkelas yang pernah dihasilkan industri film Indonesia…

Trivia & Fakta
-          Adaptasi Novel Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk ke dalam skenario “Sang Penari” memakan waktu 2,5 tahun lamanya.
-          Film Sang Penari meraih empat penghargaan dalam Festival Film Indonesia 2011. Film ini berhasil meraih gelar sebagai Film Terbaik – sekaligus memberikan citra kepada Ifa Isfansyah sebagai Sutradara Terbaik, Prisia Nasution sebagai Aktris Utama Terbaik, serta Dewi Irawan sebagai Aktris Pendukung Terbaik.


Foto : Istimewa


Experience
Sebuah mall terbesar di kota jogja itu terlihat lengang, sepi. Begitu juga dengan Bioskop 21-nya. Ada apa gerangan? Rupanya, malam itu adalah laga pertandingan Indonesia vs Malaysia. Yup, pertandingan final SEA Games XXVI Tahun 2011 yang diselenggarakan di Gelora Bung Karno sekaligus disiarkan langsung oleh salah satu stasiun televisi swasta.
Jelas aja, semuanya pada nonton pertandingan itu. Meski bukan pecinta bola, pasti menarik untuk nonton dan dukung Tim Indonesia yang melawan “musuh” bebuyutannya itu. Aduh, sungguh nggak tau aku ada pertandingan itu… Tapi, nggak nonton pertandingan ini bukan berarti nggak cinta Indonesia kan... hahaa…
Selesai menonton Sang Penari – yang ternyata menampilkan adegan dewasa juga (hahah, asik asik josss…), aku dan ai, kami berdua sempat mampir ke Toko Buku Gramedia, beli komik… Sepanjang jalan menuju Gramedia juga lengang. Gerai-gerai yang punya televisi semua pilih channel yang menyiarkan pertandingan bola itu.
Kami sempat nebeng ikutan nonton, desek-desekan sama pengunjung lainnya di sebuah counter. Tapi sayang, counter-nya keburu tutup karna udah lewat jam buka – waktunya beresin lapak. Mbak-Mbak SPG-nya juga udah keburu pulang. Padahal, lagi seru-serunya lho…

Gambar : Dokumentasi Pribadi

Perjalanan pulang nggak sesantai biasanya… Ai lumayan ngebut bawa motornya. Sampai di rumah, ai minta ijin ikutan nonton bola. Padahal ai nggak suka bola. Aku ikutan nemenin aja sih, sembari tidur-tiduran and baca komik yang aku beli tadi. Pertandingan berakhir dengan kekalahan Tim Indonesia… Hahah… Lepas itu, ai lumayan lama stay di rumah. Dia malah gantian yang nemenin aku baca komik, walaupun aku sendiri udah ngantuk setengah mampus. Jadinya malah baca komik sambil ngulet-ngulet nggak jelas di atas kasur ditemani ai, hadewww... malam yang nggak cetho... Tapi berkesan kok, Thnks Ai... :)


Gambar : www.wikipedia.org
SANG PENARI

Rilis                        : 10 November 2011

Produser               : Shanty Harmayn
Produksi                : KG Production, Indika, Salto Films, Les Petites Lumieres

Sutradara               : Ifa Isfansyah
Penulis Naskah     : Salman Aristo, Ifa Isfansyah, Shanty Harmayn

Pemain                   :
Prisia Nasution, Nyoman Oka Antara, Slamet Rahardjo, Dewi Irawan, Tio Pakusodewo, Happy Salma, Lukman Sardi, Hendro Djarot

Durasi                     : 111'


#

− Review by : Nisya Rifiani −

2 komentar: