11 Mar 2012

SERIAL GENG'GOWES #2 - Perang Teluk

- Nisya Rifiani -

Pagi itu di awal minggu…
Geng’Gowes memasuki kawasan sekolah dengan langkah mantap. Bak boy-band and girl-band yang lagi naik daun, dengan pede-nya mereka berempat catwalk membelah lapangan sekolah mereka yang luas. Semua mata tertuju pada mereka. Sedetik, mereka berhasil memesona seluruh penghuni sekolah dengan kharisma yang kayak selebritis itu.

Whuss…
Angin pagi yang lumayan kenceng berhasil menciptakan efek dramatis bagi rambut mereka yang jadi terbang-terbang nggak karuan. Bukannya keren, walhasil rambut mereka semua malah pada kusut, hahahaaa…

Belum menempuh setengah perjalanan, tiba-tiba mereka dikagetkan oleh suara yang mengguncang dunia!

“IGOOO…!!!” teriakan panjang itu memanggil salah satu personel Geng’Gowes, asalnya datang dari arah jam 9.

Dengan kompak Geng`Gowes menengok ke kiri. Wah, ada si guru bk sedang lari-larian menuju tempat mereka berdiri dengan kecepatan tinggi. Kira-kira kecepatannya bisa sampai 60km/jam. Jika jarak antara keduanya 500 meter, berapakah waktu tempuh maksimal guru tersebut untuk mencapai tujuan? WHAT THE???

Oops! Sepatu Igo yang berwarna merah mentereng itu ternyata tak luput dari pandangan si guru bk, padahal kalo’ hari senin kan nggak boleh pake’ sepatu selain yang berwarna hitam. Ya ampun, saking kagetnya mereka sampai nggak bisa bergerak sedikit pun. Tapi begitu sadar, Igo langsung lari tunggang langgang dari tempat itu. Disusul langkah panjang Bang Jay, Bintang, dan Lulu.

“Akh, sialan lu Go. Bikin gue kena masalah…” kata Bang Jay.

“Dih, ngerusak imej gue aja si Igo…” kata Bintang.

“Awas aja si Igo, udah bikin Lulu lari-lari pagi-pagi…” kata Lulu.

Bang Jay, Bintang, dan Lulu nggak berhenti menggerutu, mereka bertiga kabur melengos ke arah jam 11. Berlari menuju kelas masing-masing. Meninggalkan Igo yang punya urusan sama si guru bk alias sang hunter. Dasar, nggak setia kawan bangeeet…

Si Igo yang cabcus ke arah jam 2 merasa salah strategi. Waduh, udah kayak mau perang aja nih. Setelah ditinggalin ketiga temannya, terpaksa deh Igo dan sang hunter itu kejar-kejaran di lapangan sekolah. Setelah beberapa lama akhirnya Igo bisa lolos dari cengkeraman sang hunter – meski dia harus bolos jam pelajaran pertama dan sempat ngumpet di gudang peralatan di lantai tiga yang gelap gulita.

Puas bikin ulah, Igo dengan santainya malah nongkrong di kelas XD. Yup, bener banget. Itu bukan kelas dia, melainkan kelas Bintang…

“Hmm… kayaknya gue dikejar hunter itu gara-gara make’ sepatu bermerk yang harganya mahal. Oh… sungguh aku tidak menyadari akibat perbuatanku ini. Mulai saat ini, saya, Igo, berjanji, tidak akan pakai barang-barang bermerek ke sekolah lagi, supaya tidak menimbulkan jurang kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin…” Huuu, dasar si Igo pelo amat! Kalau dia ikut ujian tes ke-pelo-an, dijamin nilainya pasti tinggi.

PLAK!!! Bang Jay menjitak kepala si Igo.
Wah, ada Bang Jay juga! Ternyata Bang Jay juga lagi bolos… ampun deeehhh…

“Bermerk dan mahal apanya? Udah jelas sepatu lu butut, ini pasti ada apa-apa. Ngaku aja deh, lu berbuat apaaa…???” tanya Bang Jay.

“Yaelaaah… jangan perlakukan daku seperti sudah menghamili perawan kembang desa dong, ah.” Duuuhhh, si Igo malah ngelindur.

BRAKK!!! Tiba-tiba Lulu nyelonong masuk ke kelas Bintang.

“Gawaaat…!!!” pekiknya dengan suara cempreng khas kaleng rombeng. Seluruh penghuni kelas langsung pada merhatiin.

“Apaan Lu? Kamu diapain sama siapa? Mana, biar gue habisin aja tuh orang!” kata Igo garang.

“Eh, bukaaan… bukannya gituuu…” kata Lulu sambil ngos-ngosan lantaran abis lari-larian (lagi).

“Lha, terus? Ngapain kamu teriak-teriak kayak orang kesetanan gitu?” tanya Bintang.

“Gini ceritanya… Dewan guru ngancam bakalan nge-boikot acara pesta ulang tahun sekolah kita.” cerita Lulu. “Gue yakin, dibalik semua ini pasti ada suatu masalah yang nyebabin itu semua. Kalo’ enggak mana mungkin rencana kita nggak boleh dilanjutkan. Iya kan?” lanjutnya lagi. Lainnya cuma pada diem.

“Go, bukannya kamu ketua panitia acara pesta ulang tahun sekolah ya.” kata Bintang. Semua mata tertuju pada Igo.

“Hehee… jadi malu aku.” kata Igo cengar-cengir sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

“Heh, jangan cuma gitu dong. Kita lagi ngomongin kamu, tau?” kata Lulu.

“Ehem, ngomongin kelangsungan acara pesta ulang tahun sekolah kita.” ralat Bang Jay, nggak terima sama ucapan Lulu tadi.

“Bener kata Lulu kan? Pasti ada masalah…” kata Bintang lagi.

“Kamu diincer sama guru bk juga karena masalah itu kan. Bukan sekedar sepatu lo yang merah itu…” kata Bang Jay menyindir.

“Yah…” Igo menghela napas.

“Sebenernya masalah ini belum bocor kemana-mana.” Krisna temen Igo tiba-tiba nongol. Ia adalah partner Igo dalam kepanitiaan acara pesta ulang tahun sekolah. Kalo’ Igo ketua-nya, Krisna itu wakilnya. Yah, bisa dibilang kaki-tangannya-lah…

“So, apa masalahnya?” Bang Jay berusaha nyelidikin.

“Ehem… gini, aku memasukkan Rangga dari kelas XA ke dalam kepanitiaan sebagai penanggung jawab artistik.” kata Igo dengan nada yang sangat berwibawa. Kali ini, keliatan deh tampang seriusnya si Igo.

“Nah, apa hubungannya Rangga dari kelas XA - sama batalnya pentas ulang tahun kita?” tanya Lulu bingung. Anak-anak laen pun menanyakannya.

“Dewan guru nggak setuju Rangga masuk ke dalam kepanitiaan karena dia itu nakal dan suka bikin ulah. Nilai akademisnya juga jeblok banget.” Krisna memberikan penjelasan.

“Nah, sekarang lu semua pada ngerti kan kenapa pesta ulang tahun kita terancam diboikot sama pihak sekolahan?” tanya Igo.

“Hooo… jadi Rangga nggak boleh masuk ke dalam kepanitiaan karena dia itu nakal dan bodoh?” tanya Lulu blak-blakan. Wah…

“Sebenernya dia nggak nakal, cuma super gokil aja.” kata Krisna.

“Gue udah kenal Rangga semenjak SMP. Dia emang suka bikin ulah dan lemah dalam bidang akademis, tapi dia punya bakat di bidang seni. Di sekolah, nggak seharusnya nilai akademis jadi segala-galanya. Sedangkan di sekolah ini dikit banget kegiatan yang men-support kemampuan non-akademis. Gue mau merancang program yang bisa meningkatkan nilai akademis dan kemampuan non-akademis secara bersamaan. Asumsi gue, kalo’ bakat, hobby, dan potensi bisa disalurkan dengan positif maka nilai akademis mereka juga makin positif. Bakat mereka akan berkembang, nilai akademis pun naik. Maka dari itu mereka perlu dukungan dari lingkungan dan orang-orang terdekat. Kalo’ bukan kita, siapa lagi? Bukankah setiap orang itu seharusnya diberi kebebasan untuk mengembangkan potensi diri. Iya kan…?” Wah, si Igo pelo-pelo ngerti juga tentang hak-hak manusia.

Seluruh penghuni kelas XD malah pada melongo mendengar penjelasan Igo yang panjang lebar itu. Agak nggak percaya sama manusia di hadapan mereka, kayak bukan Igo deh…

“Gue yakin kalo’ dalam event ini kita melibatkan Rangga, desain visual dan artistik bakal jadi keren banget. Rangga itu orangnya kreatif banget, bro!” kata Igo yang udah balik ke dirinya yang biasanya, gokil dan urakan.

“Go, elo bisa jamin acara kita bakalan keren dan sukses kalo’ kita melibatkan Rangga?” tanya seorang anak memecah keheningan yang sesaat melanda seluruh ruangan. Halah…

“BISA!” jawab Igo mantaappp…

Anak-anak yang ada di kelas pada diem. Mereka semua lagi pada mikir. Walhasil akhirnya mereka semua sepakat untuk ngedukung Igo dan Geng’Gowes mempertahankan Rangga sebagai penanggung jawab artistik di acara pesta ulang tahun sekolah. Nggak nyangka, ternyata mereka semua pada setia kawin, eh kawan…

Gossip yang beredar disekolah cepat menyebar. Begitu juga dengan kabar boikot oleh dewan guru dan pembentukan aliansi pendukung Igo & Geng’Gowes – Rangga. Benar aja, beberapa jam kemudian mereka udah dapat pendukung yang bejibun. Malahan, pendukung Igo & Geng’Gowes itu pada ngerencanain mau pada demo dalam rangka memasukkan Rangga kembali dalam kepanitiaan pesta ulang tahun sekolah.

“Duh gawat, kalo’ gini bakalan jadi perang teluk part dua.” celetuk Bintang.

“Perang Teluk Persia atau Gulf War adalah invansi Irak ke Kuwait 2 Agustus 1990. Invansi Irak ke Kuwait disebabkan oleh kemerosotan ekonomi Irak setelah perang delapan tahun dengan Iran. Lo pasti nggak nyimak pelajaran sejarah minggu lalu.” kata Bang Jay sok pinter dan membanggakan kepintarannya.

“Itu kan cuma istilah buat me-representasikan keadaan yang kita alami saat ini.” Nah loh Bintang ngeluarin kosa kata yang aneh. Bang Jay geleng-geleng kepala.

Besoknya, pas jam istirahat…
Para pendukung Igo & Geng’Gowes pada berkumpul di halaman upacara. Mereka udah siap demo, liat aja tuh persiapan mereka. Ada yang bawa-bawa poster en handuk, eh… spanduk, ada juga yang ngiketin kain putih dikepalanya, tanda akan bertempur habis-habisan. Dan dimulailah demo siang itu… Ternyata mereka pada kreatip, mereka bikin yel-yel dan lagu buat ngedukung Igo & Geng’Gowes.

Guru-guru yang lagi istirahat santai di kantor pada kaget. Sontak mereka pada keluar ruangan dan bingung atas kelakuan anak didik mereka. Beberapa saat kemudian, akhirnya aksi demo mereka ditanggapi oleh Dewan Guru. Mereka diberi kesempatan untuk berdialog. Maka Igo & Geng’Gowes, perwakilan panitia acara, perwakilan murid, perwakilan dewan guru, dan kepala sekolah pun mengadakan pertemuan tertutup.

Woi, woi… betewe, ngapain Geng’Gowes ikutan rapat itu? Mereka kan nggak ada hubungannya? Yee… jangan salah ya. Geng’Gowes itu isinya kumpulan anak pintar dan berprestasi, keren dan kece, terkenal seantero sekolah dan punya pendukung dimana-mana. Duh Duh, kayak musim pilkada aja. Jadi, sekecil apapun partisipasi mereka tetap aja punya pengaruh yang gede. Hebaaattt… (Biasa aja kale…).

Rangga yang kali ini jadi bintang utama pun harap-harap cemas menunggu keputusan yang diambil. Ia duduk bersila diatas selembar koran bekas, kedua tangannya menengadah ke atas, dan mulutnya komat-kamit baca doa supaya dia bisa tetap masuk ke dalam jajaran kepanitiaan. Kayaknya dia udah nggak sabaran banget ngeluarin ide-ide ter-liarnya buat diterapin di acara pesta ulang tahun sekolah nanti. Di belakangnya, para pendukung masih setia menemaninya hingga titik darah penghabisan.

Setelah beberapa lama, akhirnya pintu ruangan yang dipake’ rapat itu pun terbuka. Pak kepala sekolah keluar dari tempat itu disusul oleh dewan guru. Terakhir, keluarlah Igo & Geng’Gowes serta teman-teman lain yang telah disebutkan tadi. Rangga segera menghampiri Igo dengan gugup.

“Gimana hasilnya, Go?” tanya Rangga meratap.

“BERHASIL!!! Rangga masuk kepanitiaan pesta ulang tahun sekolah…” teriak Igo.

Wuhuuu… Seketika Rangga loncat-loncat kegirangan, dan disambut pula oleh sorakan-sorakan para pendukungnya.

“Eits, tapi ada syaratnyaaa…” kata Igo kemudian.

“Wani piroo…???” tanya Rangga menirukan iklan di tipi. Si Igo melotot aja. Rangga nggak jadi nantangin. Ia tiba-tiba beringsut saja dan bersiap mendengarkan titah sang ketua.

Pertama, Rangga nggak boleh bolos pelajaran lagi. Kedua, Rangga harus ikut tambahan pelajaran IPA setiap hari senin, rabu, dan jumat. Ketiga, Rangga harus ikut tambahan pelajaran IPS setiap hari selasa, kamis, dan sabtu. Keempat, Rangga harus bisa ningkatin nilai akademisnya semester ini dengan nilai minimal ketuntasan. Kelima…”

“Busseeetttt… banyak amat, Go?!” teriak Rangga memotong pidatonya si Igo.

“Ye… ini belum seberapa. Catatan selengkapnya ada di tangan Lulu. Lu, kasih liat ke dia…” kata Igo.

“Nih…!” Lulu menyodorkan lembaran-lembaran kertas yang penuh dengan tulisan. Rupanya itu syarat yang harus dipenuhi oleh Rangga.

“Gue setuju. Itu syarat-syarat akan gue baca dan gue laksanakan, tapi nggak sekarang. Sory yeee… Thank’s banget elo dan kawan-kawan udah mau percaya ama gue, masukin gue ke jajaran kepanitiaan, dan ngebelain gue di depan dewan guru dan kepala sekolah. Sekarang gue mau ngerayain karena gue nggak jadi didepak dari jajaran kepanitiaan. Yehaaa…” kata Rangga.

“Yaelah, ini anak dibelain malah ngelunjak.” gumam Igo.

“Denger temen-temen, karena Igo dan Geng’Gowes udah memperjuangkan hak-hak asasi gue maka gue akan bantu mereka bikin acara paling spektakuler sepanjang sejarah yang pernah dibuat anak SMA…” teriak Rangga dengan semangat ’45 yang berkoba-kobar. Mana teriaknya sambil ha-el lagi, hujan lokal maksudnya… Kerumunan anak berseragam abu-abu putih itu pun kemudian mengangkat Rangga dan mengaraknya keliling sekolah.

Perang antara Tom and Jerry, eehhh… maksudnya, perang dingin Igo & friend’s versus dewan guru pun berakhir. Beberapa minggu kemudian, rangkaian pesta ulang tahun sekolah mereka pun digelar. Acara yang turut mengundang ‘orang luar’ itu pun berjalan dengan aman lancar terkendali. Desain visual dan artistik karya Rangga dan teman-teman pun mengundang decak kagum dari pengunjung dan diakui kebagusannya oleh bintang tamu dan dewan guru. Rangga puas banget dengan hasil karyanya, demikian pula dengan Igo.

Rangga pun makin giat belajar buat ningkatin nilai akademisnya. Soalnya, dia diancem nggak boleh berpartisipasi lagi dalam acara serupa kalo’ nilai akademisnya nggak bisa mencapai nilai rata-rata. Wah, jadi dia mau belajar karena ituuu…

#

- Cerpen ini ditulis oleh :: Nisya Rifiani / Maret 2012 –

0 komentar:

Posting Komentar