31 Mar 2013

Kuliah Komunikasi - Pengantar Ilmu Politik


KULIAH KOMUNIKASI :: Pengantar Ilmu Politik (2006)

POLITIK DAN ILMU LAINNYA
Oleh : Nisya Rifiani

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Ilmu sosial dan ilmu politik mempunyai kaitan yang sangat dekat dan berhubungan erat, bahkan saling mempengaruhi. Ilmu politik merupakan salah satu bagian dari kelompok besar ilmu sosial, maka ilmu politik tidak bisa lepas dari anggota kelompok ilmu sosial lainnya seperti ilmu sejarah, ilmu filsafat, ilmu sosiologi, ilmu antropologi, ilmu hukum, ilmu ekonomi, ilmu psikologi, dan ilmu sosial lainnya. Ilmu sosial mempunyai obyek studi yang sama yaitu manusia, sebagai anggota kelompok/grup tertentu. Ilmu sosial mempelajari segala aspek-aspek kemanusiaan, yang dapat dilihat dari aspek kualitas maupun aspek kuantitasnya. 

Definisi Ilmu Politik
Secara umum, politik adalah macam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat dan menyangkut kegiatan berbagai kelompok, misalnya kegiatan individu, kegiatan kelompok, partai politik, dan lain sebagainya.
Roger F. Soltau mengemukakan bahwa, ilmu politik mempelajari negara, tujuan negara, dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan itu. Ilmu politik juga mempelajari hubungan antara negara dengan warga negaranya, serta dengan negara-negara lain. *
J. Barents berpendapat bahwa, ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari kehidupan negara, yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Ilmu politik mempelajari negara-negara itu melakukan tugasnya. **
Dasar ilmu politik adalah fakta, sedangkan ilmu politik sendiri mempelajari aspek-aspek : (1) teori (theory), (2) praktek politik (practice), (3) deskripsi (description), (4) analisis sistem (analysis), dan (5) sifat politik (politically).
Pendekatan ilmu politik menggunakan filosofi politik berdasarkan penafsiran, struktur berdasarkan sikap, kenyataan, kemajemukan, dan kelembagaan. Ilmu politik berhubungan dengan primary sources, secondary sources, survey, statistical, case, dan model.
Pemahaman politik dapat dilihat dari konsep pokok dari sistem politik yaitu : (1) negara (state), (2) kekuasaan (power), (3) pengambilan keputusan (secision making), (4) kebijaksanaan umum (public policy, beleid), (5) pembagian dan alokasi (distribution and allocation).

Konsep-Konsep Politik
Politik mempunyai konsep yang diabstrakkan dari peristiwa konkret yang isi pokoknya terdiri dari 5 konsep sistem politik. Dari konsep tersebut melahirkan banyak teori, namun kita tidak membahas teori tersebut melainkan teori dalam hubungannya dengan ilmu politik.
Teori politik merupakan salah satu bagian dari bidang ilmu politik. Pembahasannya sistematis dan merupakan generalisasi dari fenomena yang bersifat politik. Teori politik merupakan bahasan dan renungan atas : (1) tujuan kegiatan politik, (2) cara yang digunakan untuk mencapapi tujuan tersebut, (3) kemungkinan dan kebutuhan yang ditimbulkan oleh situasi politik tertentu, (4) kewajiban yang diakibatkan oleh tujuan politik tersebut. Teori politik mempunyai sifat : (1) spekulatif/merenung-renung, (2) deskriptif/menggambarkan, (3) komparatif/membandingkan, (4) berdasarkan logika.
Menurut Thomas P. Jenkin dalam bukunya yang berjudul The Study of Political Theory, teori politik dibedakan menjadi dua, yaitu : ***
1.  Teori 1 – Valuational, adalah teori yang mempunyai dasar moral dan yang menentukan norma-norma politik, di dalamnya terdapat unsur norma dan nilai. Teori ini dibagi menjadi tiga golongan yaitu filsafat politik (political philosophy), teori politik sistematis (systematic political theory), dan ideologi politik (political ideology).
Fungsi dari teori ini adalah : (1) Menentukan pedoman dan patokan yang bersifat moral dan yang sesuai dengan norma-norma moral. (2) Mengatur hubungan-hubungan antara anggota masyarakat. (3) Mendidik warga masyarakat mengenai norma dan nilai tersebut.
2.  Teori 2 – Non-Valuational, adalah teori yang menggambarkan dan membahas fenomena dan fakta-fakta politik dengan tidak mempersoalkan norma atau nilai, atau yang sering disebut dengan value-free atau bebas nilai.

Penelitian Ilmu Politik
Ilmu politik mempunyai paradigma sebagai alat berfikir yang dijadikan sebagai model dalam teori ilmu pengetahuan. Pendekatan merupakan metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian. Pada dasarnya pendekatan baru dalam ilmu politik muncul sesaat setelah berakhirnya Perang Dunia II. Hal ini merupakan eksistensi dari sebuah gerakan pembaharuan yang ingin meningkatkan mutu ilmu politik.
Pendekatan ini kemudian dikenal dengan sebutan ‘pendekatan tingkah laku’ atau behavioral approach. Pendekatan ini merupakan pengembangan metode ilmiah untuk mendongkrak agar ilmu politik dapat menggunakan cara-cara untuk meneliti gejala dan peristiwa politik secara lebih sistematis., berdasarkan pengalaman empiris dan dengan menggunakan kerangka teoritis yang terperinci dan ketat. Behavioral approach yang dikemukakan oleh kaum behavioralis mempunyai konsep pokok yang dapat disimpulkan sebagai berikut : ****
  1. Tingkah laku politik memperlihatkan keteraturan/regularities yang dapat dirumuskan dalam generalisasi tertentu.
  2. Generalisasi ini pada azasnya harus dapat dibuktikan/verification kebenarannya dengan menunjuk pada tingkah laku yang relevan. 
  3. Mengumpulkan dan menafsirkan data dengan teknik penellitian yang cermat.
  4. Pengukuran dan kuantifikasi untuk mencapai kecermatan dalam penelitian. 
  5. Tidak memainkan peranan/value-free dalam membuat analisis politik.
  6. Penelitian politik mempunyai sikap terbuka terhadap konsep dan teori dalam ilmu sosial lainnya.
 
Keuntungan dari pendekatan ini adalah memberi kesempatan untuk mempelajari kegiatan dan susunan politik di beberapa negara yang berbeda sejarah perkembangannya, latar belakang kebudayaan dan ideologi, dengan mempelajari bermacam-macam mekanisme yang menjalankan fungsi-fungsi tertentu, yang merupakan tujuan dari setiap kegiatan politik.
Satu pendekatan lagi selain pendekatan tingkah laku ini, adalah pendekatan tradisional. Pendekatan tradisional sangat menekan kan pada hal-hal berikut : (1) nilai dan norma, (2) filsafat, (3) ilmu terapan, (4) historis-yuridis, dan (5) bersifat kualitatif. Pendekatan ini memerangi pendekatan tingkah laku, maka terkadilah polemik yang sengit antara kedua pendekatan ini.

Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Pengetahuan Lainnya

1. Sejarah
Sejarah merupakan alat yang paling penting bagi ilmu politik. Sejarah menyumbangkan bahan berupa data dan fakta dari masa lampau untuk diolah lebih lanjut. Hal tersebut dilakukan oleh sarjana politik dengan tujuan berorientasi ke masa depan (future oriented), untuk menemukan pola-pola ulangan (recurrent patterns) yang dapat membantu untuk menentukan suatu proyeksi untuk masa depan.

2. Filsafat
Ilmu politik merupakan bagian dari ilmu filsafat yang menyangkut kehidupan politik terutama mengenai sifat-sifat hakiki, asal mula, dan nilai (value) dari negara. Filsafat politik juga mencakup dan erat hubungannya dengan filsafat moral (moral philosophy) atau etika (ethics).

3. Sosiologi
Ilmu sosiologi maupun ilmu politik sama-sama mempelajari negara, namun dipelajari dari sisi yang berbeda. Sosiologi membantu sarjana politik dalam usahanya memahami latar belakang, susunan, dan pola kehidupan sosial dari pelbagai golongan dan kelompok dalam masyarakat. Sosiologi merupakan analisis kehidupan social dalam ilmu politik

4. Antropologi
Antropologi digunakan oleh sarjana ilmu politik dalam rangka penelitian tentang kehidupan dan usaha modernisasi politik di negara-negara baru dalam kaitannya dengan ilmu politik.

5. Ekonomi
Ilmu ekonomi dan ilmu politik saling berhubungan dan kerjasamanya sangat dibutuhkan, antara lain dalam hal : (1) Menganalisis siasat pembangunan sosial, (2) Menyusun teori politik untuk mencapai tujuan ekonomi tertentu.

6. Psikologi
Psikologi sosial membantu ilmu politik menganalisis secara lebih mendalam mengenai makna dan peranan ‘orang besar’, kondisi sosial-ekonomi, member pandangan-pandangan baru dalam penelitian tentang kepemimpinan.
#

DAFTAR PUSTAKA
* Soltau, Roger F., 1961. An Introduction to Politics. London ; Longmans. Hlm. 4.
**Barents, J., dalam Sitorus L. M., Ilmu Politika: Suatu Perkenalan Lapangan. 1965. Jakarta ; Pembangunan. Hlm. 23.
*** Jenkin, Thomas P., 1967. The Study of Political Theory. New York : Random House. Hlm. 1-5.
**** Budiarjo, Miriam. 1977. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakartta ; Gramedia Pustaka Utama. Hlm. 5.

– Nisya Rifiani / 2006 –

29 Mar 2013

Exploring Culinary - Sup Ceker Tamsis


KULINER JOGJA - Sup Ceker Tamsis Jogjakarta
Review by : Nisya Rifiani

Nama      : Warung Padhang Atine
Alamat    : Jl. Taman Siswa Jogjakarta

Kuliner sup ceker bagiku sama sekali nggak menarik…
Tapi, semuanya berubah ketika negara api menyerang… (halah… ¬.¬!)

Pertama kali datang ke tempat makan ini, awalnya memang terkesan ‘dipaksa’ sama Mas Bagas Prasetyadi… Habis gimana… saat itu, selepas meeting di Joglo Jago Wirosaban (rumah Mas Gabe), perut udah keroncongan… Berangkatlah kami berempat :: Aku, Mas Bagas, Mas Gabe & Ardi, cari makan di daerah Jl. Taman Siswa, Jogjakarta rencananya sekalian pulang jadi cari tempat makan yang pe-we, enak, murah & kenyang… *Mental mahasiswa banget hehehe…

Nah pas itu Mas Bagas Prasetyadi lagi pingin makan ceker ayam, padahal aku dah bilang nggak mau, nggak doyan… Mas Bagas kayaknya lagi ngebet banget tu makan ceker ayam, tetap aja ngajak ke Sup Ceker Tamsis Jogjakarta. Rekomendasi dari Mas Bagas sih sop & ceker goreng-nya enak, dijamin aku suka. Katanya sebelum makan di tempat itu, Mas Bagas juga nggak doyan ceker. Satu-satunya ceker yang dia doyan, ya ceker yang dijual di warung itu. Ceker lainnya, lewattt… =))

Okelah, akhirnya kami berangkat ke warung sup ceker tamsis, jogjakarta itu…

Warung makan ini letaknya persis di pinggir jalan. Bingung nyari tempatnya?? Cari aja atm bca, satu-satunya atm bca yang mangkal di sepanjang Jl. Tamsis, Jogjakarta.

Menu utama warung ini :: tentu aja Sup Ceker!!!
Jangan salah, sup dan ceker yang disajikan di warung ini bervariasi jenisnya. Varian menu sup ada sop ceker, sop sayap, sop kepala, sop rempelo ati, sop telur puyuh, sop daging ayam, sop daging sapi. Varian menu lauk ada goreng ceker, goreng lele, goreng sayap, goreng kepala, goreng rempelo ati, goreng paha, goreng tahu/tempe. Ada juga menu lain seperti nasi goreng ceker.


Menu minumannya, sandar lah ya… Ada Es/Panas Teh & Jeruk, dll.
Menu favoritku :: sup telur puyuh & goreng ceker plus +jeruk hangat :)

Finally!!! Aku puas dengan sup ceker di warung ini… :D
Thank’s to Mas Bagas Prasetyadi yang udah ngajak aku makan di warung ini (atau maksa???)
Thank’s juga malam itu bayarin bon makanku, hehehe *Padahal biasanya kalo’ makan sama Mas Bagas, dia juga yang bayarin… :P

Over-all,,,  warung makan ini wajib untuk dicoba… d d

#

- Nisya Rifiani / 2013 -

Foto : Yoshiko Himura

23 Mar 2013

Kuliah Komunikasi - Literacy Media #5 (Review)

KULIAH KOMUNIKASI
Studi Literasi Media (Bagian V)
Review by : Nisya Rifiani

a.    Struktur pengetahuan industri media (Media Industries)
Potter menyatakan bahwa dalam berhadapan dengan industri media, kita dapat menggunakan default strategy ataupun media literacy strategy. Default strategy memiliki tujuan untuk membangun kepuasan dengan level interupsi minimal. Dalam level ini berarti seseorang mengakses media dalam konteks pola kebiasaan (habitual pattern) yang berkembang pada masa lalu. Ketika kita mencoba sesuatu yang baru dan merasakan kepuasan, maka kita melanjutkannya tanpa berpikir terlalu banyak. Kita jarang untuk mencoba mengakses tipe pesan yang lain, entah itu karena kita tidak terlalu yakin bahwa jenis pesan yang lain akan memberi kepuasan juga ataupun karena kita memandang bahwa akses terhadap jenis pesan lain tersebut memerlukan usaha yang lebih besar dibanding nilainya.
Sedangkan media literacy strategy memiliki tujuan untuk memahami dunia ekonomi dalam industri media. Hal ini berarti mereka memiliki ekspektasi yang lebih tinggi terhadap hasil yang didapat dibanding sumber daya yang dikeluarkan. Orang-orang semacam itu menginginkan lebih dari kepuasan minimal dari mengakses media. Mereka berpikir matang tentang sumber daya yang dimiliki dan menginginkan negosiasi untuk mendapatkan hasil yang lebih bernilai.

b.    Struktur pengetahuan efek media (Media Effect)
Pengetahuan ini berkaitan dengan empat aspek perspektif dimensional. Pertama, Timing of effect berhubungan dengan efek yang terjadi ketika kita berinteraksi dengan media. Efek media dapat bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Efek jangka pendek merupakan efek yang terjadi selama paparan media. Efek tersebut hanya berlangsung dalam periode yang singkat. Efek jangka panjang hanya terlihat setelah terjadi banyak paparan. Tidak ada paparan tunggal atau pesan tunggal yang dapat menyebabkan efek tersebut. Efek jangka pendek biasanya lebih mudah dilihat daripada efek jangka panjang. Efek jangka pendek umumnya memperlihatkan diri dalam suatu perubahan. Kita dapat dengan mudah melihat perubahan dalam perilaku atau emosi kita. Sementara itu, perubahan yang disebabkan efek jangka panjang bersifat gradual dan lebih sulit untuk dikenali. Efek jangka pendek terjadi karena disebabkan paparan jenis pesan tertentu, sehingga mudah untuk menghubungkan pesan media dengan efek tertentu yang dihasilkan.
Kedua, Type of effect, terdapat lima tipe efek media yaitu efek kognitif (cognitive-type effect) bergerak pada tataran perubahan kognisi - media dapat mempengaruhi apa yang kita ketahui dengan menanamkan ide dan informasi ke dalam pikiran kita. Hal ini merupakan efek yang paling sering terjadi, karena terjadi sepanjang waktu dan kita pun secara konstan menambahkan informasi setiap kali mengakses media. Pembelajaran kognitif ini tidak hanya terbatas kepada informasi faktual, tetapi juga informasi sosial. Efek sikap (attitudinal–type effect) bergerak pada tataran perubahan sikap - media dapat menciptakan dan membentuk opini, kepercayaan, dan nilai yang kita miliki. Efek ini dapat berlangsung dalam jangka waktu pendek, ketika kita memberikan sikap positif terhadap pesan media tersebut. Namun juga dapat bersifat jangka, panjang ketika kita terlalu banyak terpapar efek media (cultivation).
Efek emosi (emosional-type effect), bergerak pada tataran reaksi emosi - media dapat membuat kita merasakan sesuatu misalnya memicu emosi marah, sedih, bosan, dan lain-lain. Reaksi emosi ini berkaitan dengan perubahan psikologis. Selama mengakses media kita berpeluang mengalami perubahan psikologis dan kadang efek emosi jangka panjang. Efek psikologis (psychological-type effect) - media dapat mempengaruhi sistem otomatis dalam tubuh (automatic bodily system) yang terjadi di luar kesadaran kita. Efek perilaku (behavioral–type effect) - media dapat memicu terjadinya tindakan. Misalnya setelah melihat iklan sebuah produk, kita segera bergegas ke toko untuk membelinya. Efek perilaku tersebut juga dapat bersifat jangka panjang.
Ketiga, Valence of effect, menunjukkan arah efek media dapat menuju ke arah yang positif maupun negatif. Arah positif adalah ketika efek media membantu seseorang mencapai tujuan personal. Ia menggunakan media secara strategis untuk mencapai tujuan tersebut. Sementara itu, efek negatif terjadi ketika media menggunakan kita sebagai alat untuk mencapai tujuan mereka, jika tujuan mereka bertentangan dengan tujuan kita.
Keempat, Intentionality of effect, ketika berinteraksi dengan media sesungguhnya kita pun mengharapkan efek media yang sesuai dengan harapan kita. Secara sadar kita mencari pesan-pesan tertentu dari media yang dapat memberikan efek tersebut. Misalnya menonton tayangan televisi untuk mendapatkan hiburan. Namun ada pula efek yang tidak diharapkan misalnya ketika menonton tayangan komedi dengan tujuan memperoleh hiburan, kita juga harus berhadapan dengan iklan dan jingle yang menginterupsi.

Tabel 1
Struktur Kemampuan dan Pengetahuan dalam Literasi Media
(James William Potter/2001)

Domain
Kemampuan (Skills)
Pengetahuan (Knowledge)
1.    Kognitif
-     Mampu mengidentifikasi kunci informasi.
-     Mampu membandingkan kunci informasi yang satu dengan yang lainnya.
-     Mampu mengevaluasi kejujuran/kebenaran informasi.
-     Mampu mengevaluasi keseimbangan.
-     Mempunyai pengetahuan atas topik tertentu dari berbagai sumber (media dan dunia nyata).
2.    Emosional
-     Mampu menganalisis perasaan orang yang diberitakan.
-     Mampu memposisikan diri di posisi orang lain.
-     Mampu berempati.
-     Mempunyai pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman personal yang sesuai atau senada dengan situasi yang diberitakan.
3.    Estetik
-     Mampu menganalisis seni dan elemen artistik dalam cerita.
-     Mampu membandingkan dan membedakan nilai artistik yang digunakan untuk satu cerita dengan cerita yang lain.
-     Mempunyai pengetahuan akan tulisan, grafis, fotografi, hingga produksi berita TV.
-     Mempunyai pengetahuan akan kualitas cerita, mana cerita yang disampaikan dengan baik dan mana yang tidak, termasuk di dalamnya elemen-elemen yang mempengaruhi kualitas tersebut.
4.    Moral
-     Mampu menganalisis elemen-elemen moral yang ada di cerita.
-     Mampu membandingkan cerita satu dengan lainnya.
-     Mampu mengevaluasi tanggung jawab etis dari para jurnalis dalam setiap cerita.
-     Mempunyai pengetahuan tentang kritik atas berita.
-     Mempunyai pengetahuan akan arti bias, objektif, keberimbangan, kejujuran/kebenaran.
-     Mempunyai pengetahuan akan cerita lain yang temanya sama dan bagaimana jurnalis dalam berita tersebut mempraktekkan keberimbangan dan kebenaran.
-     Mengembangkan kode moral jurnalisme.

Literasi Media sebagai Pemikiran Kritis
Beberapa pemikiran memandang literasi media lebih sebagai sebuah pemikiran kritis ketika berhadapan dengan media. Konsep ini kemudian mendorong munculnya suatu konsep baru yang disebut dengan critical media literacy atau literasi media kritis. Aktivitas literasi media kritis lebih kritis mengenai pemilihan media dan pembelajaran tentang proses teknis menggunakan alat media (media tools) dan konstruksi isi media (media content), serta mengkombinasikan kedua poin tersebut dalam kegiatan bermedia. Definisi literasi media dikemukakan oleh Sheperd berikut ini menunjukkan literasi media merupakan cara berpikir kritis ketika berhadapan dengan media :

An informed, critical understanding of the mass media. It involves examining the techniques, technologies and institutions involved in media production; being able to critically analyze media messages; and recognizing the role audiences play in making meaning from those messages(1).”
#

DAFTAR PUSTAKA
1.    Sheperd, 2002 : 1 dalam Susanto, 2008. Loc cit.