23 Jan 2013

Fun with Felt - Flanel Flower


FUN WITH FELT
APLIKASI KREATIF DARI FLANEL

FLANEL FLOWER

Bingung mau kasih kado apa saat sahabat dekat ulang tahun???
Aplikasi kain flanel berikut ini mungkin pilihan tepat untuk bingkisan ulang tahun sahabat kamu. Bungkus rapi dan jadikan sebagai hadiah mungil yang menarik…
Sebagian dari kreasi ini menggunakan barang bekas. Jadi, cukup ramah lingkungan karena memanfaatkan barang-barang yang tidak terpakai –dan menyulapnya menjadi pajangan yang manis...





Flanel Flowers

Special Edition : Black and White…



- Nisya Rifiani / 085868319039 -
----------------------------------------------------------------------------------------------

21 Jan 2013

SERIAL GENG’GOWES − Special Ramadhan



SERIAL/CERPEN
BERBAGI ITU INDAH
Nisya Rifiani

“Gue cuma punya segini…” Igo memulai rapat internal Geng’Gowes, sembari menyodorkan selembar rupiah berwarna biru.

“Gue juga, ini gue ambil dari tabungan gue sendiri…” Bintang meletakkan sejumlah uang. Selembar rupiah berwarna biru, lagi.

“Gue ada lebih, ini gue dapat dari kerja part time. Pakai aja dulu…” Bang Jay menaruh rupiah berwarna biru. Kali ini dua lembar.

“Gimana dengan elo, Lulu?” tanya Igo. Bintang dan Bang Jay memandang Lulu.

“Emm…” Lulu tampak bimbang. “Sebenernya gue ada, tapi mau gue tabung buat beli sepeda.” ucap Lulu.

“Nggak apa-apa. Jumlah segini sebenarnya sudah cukup kok…” ucap Bintang.

“Emm… Tapi, Bismillaahirrohmaanirrohiim…” kata Lulu. Lulu akhirnya merelakan selembar rupiah berwarna biru miliknya.

Alhamdulillah. Terkumpul dua ratus lima puluh ribu rupiah…” kata Igo.

“Ah, udah adzan maghrib. Kita sholat dulu aja.” kata Bintang.

Mereka pun kemudian sholat berjamaah bersama, dipimpin oleh Bang Jay.

#

Sore hari keesokan harinya…
Geng’Gowes sepakat kumpul di rumah Bang Jay. Bintang tiba lebih dulu dari Igo dan Lulu.

“Bintang, gimana masalah kendaraan? Beres?” tanya Bang Jay.

“Sip! Gue pinjam motor dari Galang.” jawab Bintang.

“Oke. Alhamdulillah, motor sepupu gue juga bisa dipinjem. Jadi sore ini kita bisa jalan…” kata Bang Jay. Tak lama kemudian Igo dan Lulu muncul.

“Gimana tugas kalian?” tanya Bintang.

“Beres, kita udah pesan 45 nasi bungkus plus air mineral dalam gelas. Tadi di rumah gue ada kue, jadi sekalian aja gue bawa…” kata Igo.

“Nasi, air, kue, plus sendoknya, udah dipaket jadi satu pake plastik kresek. Jumlah keseluruhan juga udah dibagi jadi dua, supaya memudahkan kita saat distribusi nantinya.” kata Lulu.

“Oke, kita kumpul dulu.” kata Bang Jay. Bintang, Igo, dan Lulu pun mendekat.

“Bismillaahirrohmaannirrohiim. Mari kita mantapkan niat kita. Semoga dengan perbuatan kita ini bisa sedikit meringankan beban bagi orang-orang yang membutuhkan. Amin.” kata Bang Jay.

“Amin...” Bintang, Igo, dan Lulu pun turut memanjatkan doa.

Empat Sekawan itu kemudian membagi kelompok mereka menjadi dua. Bang Jay dengan Bintang, Igo dengan Lulu. Setelah mengambil pesanan di sebuah warung makan sederhana, mereka mulai menelusuri jantung Kota Jogja, membagikan bungkusan nasi kepada orang pinggiran yang membutuhkan. Mereka mencari, jeli menyeleksi mana orang yang benar-benar berhak atas rizki itu – meski hanya sekedar nasi bungkus... Satu per satu mereka bagikan hingga habis tak tersisa...

#

Sepanjang perjalanan pulang, Lulu membenamkan kepalanya di balik punggung Igo. Rupanya ia sedang menangis...

“Lu, untung ya. Nasi bungkus terakhir itu, kita kasih ke bapak tadi.” Igo mengawali pembicaraan.

“Memangnya kenapa?” tanya Lulu.

“Tau nggak, dia lagi ngapain tadi?”

“Ngapain?”

“Tadi itu, dia lagi nyari makanan di tempat pembuangan sampah. Makanya, begitu kita datang dan kasih nasi itu dia langsung pergi dari tempat itu.” jelas Igo.

“Ternyata, masih banyak orang yang kesusahan. Hanya untuk mendapatkan sesuap makanan mereka sampai mengais-ngais di tempat sampah.” kata Lulu.

“Iya. Makanya, kita nggak boleh menyia-nyiakan rizki yang sudah dikasih sama Tuhan.”

“Hu’um.” Jawab lulu singkat sembari sesengukan.

“Nah, mulai sekarang kurangi makan cokelat yang berlebihan ya.” kata Igo.

“Iya.” Jawab Lulu.

Kedua motor itu memasuki kawasan parkir salah satu masjid ternama di Kota Jogja. Meski sedikit telat, mereka tetap menjalankan ibadah sholat maghrib – sekaligus bersyukur atas apa yang telah mereka peroleh selama hidup mereka.

Begitu cara mereka bersedekah… Pengalaman itu juga tak kan pernah mereka lupakan...

#

A Short Story :: Cerpen ini terinspirasi dari pengalaman bersama Achmad Choirul Sidiq...
by :: Nisya Rifiani / Juli 2012

Seperti itu cara mereka bersedekah, seperti ini cara kami berbagi...

Semoga Menginspirasi...

15 Jan 2013

Sisi Lain - Pengamen Jalanan di Alun-Alun Kota Jogja



 EXPERIENCE

Sisi lain - Pengamen Jalanan di Alun-Alun Kota Jogja

Kegiatan nongkrong bersama teman kini menjadi salah satu agenda yang nggak boleh dilewatkan. Acara kongkow seperti ini seakan menjadi ritual wajib yang musti dijalankan. Kalo’ dalam seminggu aja nggak ada acara kumpul bareng teman, rasanya gimanaaa gitu… Berbagai tempat asyik buat nongkrong musti disambangi satu-satu, bergiliran.
Mulai dari yang minimalis hingga yang prestise. Mencoba sensasi angkringan, warung kopi, hingga kafe ternama… Kebiasaan tersebut bukan hanya nge-trend di kalangan mahasiswa, siswa sekolah menengah atas, sekolah menengah pertama, hingga siswa sekolah dasar pun kini getol banget kongkow seperti ini.
Bersosialisasi dengan cara ini tentu mustahil jika kita nggak punya duit... Katakan, minimal sepuluh ribu rupiah untuk sekali kongkow. Itu untuk kelas warung tenda, bagaimana dengan level di atasnya??? Atau, minimal dua puluh ribu rupiah untuk sekali nonton, padahal dalam seminggu bisa berkali-kali nonton...
Kegiatan seperti itu memang selalu dikatakan lumrah di jaman sekarang ini. Tetapi, coba tengoklah sisi lain di sekitar kita… Tidak semua orang beruntung seperti kita. Punya orang tua yang mapan dan bisa memenuhi semua kebutuhan kita. Perlu sesuatu, tinggal calling mama...
Atau setidaknya, mereka memfasilitasi hidup kita - mulai dari gadget hingga kendaraan. Sebagian hanya menikmatinya tanpa bisa menghasilkan apa-apa, sebaliknya memanfaatkan secara maksimal hingga menghasilkan rupiah... yang mana kita?

Fenomena Pengamen Jalanan di Kota Jogja

Malam itu kami berdua, saya dan mas achmad choirul sidiq tengah jalan-jalan di Alun-AlunUtara Kota Jogja. Kami juga mampir ke salah satu warung tenda disana, menikmati seporsi ronde yang hangat. Beberapa lama kemudian, ada serombongan pengamen jalanan mendekati kami. Mereka lantas mulai menyanyi sembari memainkan alat musik. Hanya kami beri rupiah sekadarnya.
Selesai menyanyi, kami pun mengajak ngobrol mereka. Rombongan pengamen jalanan ini ternyata benar-benar pengamen jalanan. Maksudnya, mereka bukan mahasiswa, atau orang yang mengamen di malam hari untuk menambah penghasilan mereka. Tetapi memang berprofesi sebagai pengamen jalanan... kegiatan lainnya selain mengamen, tidak saya tanyakan...
Siang hari mereka mengamen sendiri (berpisah), namun malamnya mereka mengamen bersama-sama... Mereka orang perantauan, berasal dari luar Kota Jogja. Ketika kami tanya, mengapa hijrah ke Kota Jogja dan mengapa sampai sini ‘hanya’ mengamen??? Mereka menjawab, memang tidak ada pilihan yang lain... ingin memulai usaha, namun apa daya tiada modal...

Rombongan pengamen jalanan bukan mereka saja, ada ratusan lainnya…
Pengamen-Pengamen itu seakan punya harapan yang sama, semoga keadaan ini hanya sementara. Berharap ada pekerjaan yang lebih baik, dengan ‘gaji’ yang lebih baik pula...

Teman, syukuri apa yang kita miliki...
Maksimalkan apa yang kita mampu usahakan...
Jangan melakukan kegiatan yang nggak berguna...

Rombongan Pengamen Jalanan di Alun-Alun Utara Kota Yogyakarta
Dori, Edi, Thoyib - satu lagi saya lupa namanya...^^

Rabu, 11 Juli 2012
Foto : Achmad Choirul Sidiq

Teks : Nisya Rifiani

1 Jan 2013

Ready to Wear! The EDGE...


READY TO WEAR !

TIME TO HARAJUKU :: Bareng The Edge Film's

Achmad Choirul Sidiq, Lichan Ali Warkhan, Nisya Rifiani,  Eko Andhani & Bagas Prasetyadi
Foto : Istimewa

Ini pas bantuin temen @Lichan Ali Warkhan. Acara ini adalah workshop make-up untuk keperluan film, presented by Edge Film's and Dhanny Brain. Acara ini adalah bagian dari event besar UKDW Japanese Festival, yang diselenggarakan pada Desember 2011.

Kami pakai seragam yang sama, T-Shirt @Jogja Heroes League. Karena T-Shirt-nya baru bisa kuambil satu hari sebelum acara, jadi nggak sempat ngecilin ukuran kaosnya jadi size ladies. Apalagi mikirin kostum lainnya...

So, akhirnya aku memadupadankan T-Shirt, dengan manset garis-garis hitam putih dan rok kotak-kotak with renda air buatan Mbak @Erna Erya Dewi. Ditambah boots merah dan topi hitam (yang ini asal nyomot aja pas mau berangkat ke acara). Memang terlihat lebih ‘berat’, tapi saat itu hanya gaya ini-lah yang terlintas… :)

- With Mas Achmad Choirul Sidiq <3 & Mas Bagas Prasetyadi <3 -
Foto : Eko Andhani


T-Shirt                 : Jogja Heroes League
Location to shoot : Kampus UKDW Yogyakarta

(Nisya Rifiani)